TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KOTA AGUNG - Nelayan di Pekon Kerta, Kecamatan Kota Agung Timur, Tanggamus, digegerkan dengan aksi pembakaran perahu.
Sedikitnya ada sembilan perahu milik nelayan yang dibakar orang tak dikenal, Jumat (15/11/2019).
Sembilan perahu itu rata-rata berbobot kurang dari satu gross tonnage (GT).
Perahu-perahu tersebut milik M Zen atau Edi, Sardi, Boby Siswanto, Basri, Ridwan, Ismail, Edi Kurniawan, Sofyan Halim, dan Sobirin.
Seluruh perahu hangus terbakar.
Kapolsek Kota Agung AKP Muji Harjono menduga semua perahu tersebut terbakar sekitar pukul 04.00 WIB.
• Tim Gabungan Periksa Perahu Penyeberangan di Teluk Semaka
• 5 Nelayan Ketapang Terdampar Kena Hantaman Gelombang, Begini Kondisinya Sekarang
Polsek Kota Agung dan Inafis Polres Tanggamus sudah melakukan olah TKP dan mengumpulkan keterangan dari para saksi.
"Dugaan sementara dibakar. Dari TKP diamankan sejumlah barang bukti berupa korek api gas dan material perahu yang terbakar," kata Muji.
Dan hasil identifikasi, kerugian materi satu perahu ditaksir sebesar Rp 6 juta.
Jadi total kerugian sembilan perahu mencapai Rp 54 juta.
Kerugian itu meliputi perahu dan peralatan melaut.
Sofyan Halim mengatakan, sudah tiga kali perahu mereka dirusak.
Perusakan pertama berupa pemutusan tali jangkar dan pencurian jangkar.
Kemudian badan dan sayap perahu dirusak dengan menggunakan kapak.
"Kami yakin itu kesengajaan. Sebab, sebelum ini perahu-perahu kami juga dirusak. Entah siapa yang merusaknya," terang Sofyan.
Menurut dia, perusakan pertama tidak masalah. Sebab, kerugiannya tergolong kecil.
Pada perusakan kedua, mereka melapor ke polisi.
Sementara yang terakhir perahu mereka dibakar.
"Dari perahu-perahu itu minimal kami sehari dapat Rp 150 ribu. Kalau banyak sehari bisa dapat Rp 300 ribu," ujar Sofyan.
Sofyan mengungkapkan, kemungkinan rangkaian peristiwa ini ada kaitannya dengan aksi pembakaran rumah warga.
Sebulan lalu ada tiga rumah warga pekon setempat dibakar oleh orang misterius.
"Di rumah yang dibakar itu kecium bau pertalite dan minyak tanah. Jadi ada kursi-kursi sofa yang sudah basah dengan bau pertalite," terang Sofyan.
Sejak insiden itu, warga menerapkan ronda malam.
Menurut Sofyan, perusakan dan pembakaran perahu bukan disebabkan adanya persaingan usaha.
"Kalau persaingan usaha pasti di pantai yang lebih banyak nelayannya. Kalau di sini tidak banyak. Kami juga biasa bagi-bagi hasil. Tidak punya umpan, tinggal ambil. Rokok juga begitu," kata Sofyan.
Selain itu lokasinya pun aman, sebab motor para nelayan sering ditinggal di pantai begitu saja saat melaut.
Selama itu tidak pernah ada perahu yang hilang.
• Perahunya Terbalik, 5 Warga Pesawaran Tenggelam di Laut, 1 Meninggal Dunia
Begitu juga jika ada pemancing dari luar daerah, warga tidak pernah mengganggu.
"Di sini aman. Motor ditinggal di pantai seharian tidak apa-apa. Di sini tidak ada yang mencuri," ujar Sofyan. (tribunlampung.co.id/tri yulianto)