Buku Timor Timur The Untold Story

Sosok Jenderal yang 2 Kali Debat Panas dengan Prabowo saat di Kopassus

Penulis: Wakos Reza Gautama
Editor: wakos reza gautama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Menhan Prabowo Subianto

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto merupakan mantan tentara.

Prabowo banyak menghabiskan karir militernya di Kopassus.

Sebagai prajurit tempur, Prabowo sudah kenyang pengalaman di medan perang.

Salah satunya adalah keikutsertaan Prabowo dalam Operasi Seroja di Timor Timur yang kini merdeka dan bernama Timor Leste.

Saat masih menjadi bagian dari Indonesia, banyak warga Timor Timur yang ingin berpisah dari Indonesia.

Sejak Jadi Menhan, Prabowo Sudah 7 Kali ke Luar Negeri, PKS Beri Sindiran

Alasan Prabowo Ambil Sikap Hati-hati dalam Kasus China di Natuna

Bandar Judi Penculik Siswi SMA Kabur saat Diperiksa Polisi

Isi Surat Terbuka Ratu Agung Sejagat untuk Gubernur Ganjar Pranowo

Muncullah gerakan-gerakan separatisme di Timor-Timur.

Gerakan kemerdekaan Timor Timur ini bernama Fretilin.

Untuk mengatasi Fretilin, pemerintah Indonesia menggelar berbagai macam operasi militer di Timor Timur.

Satu di antaranya adalah Operasi Seroja.

Setiap prajurit TNI yang dahulu bernama ABRI pasti pernah merasakan sengitnya pertempuran di Timor Timur melawan Fretilin.

Tak terkecuali Prabowo Subianto. Lulus dari AKABRI tahun 1974, Prabowo menjadi perwira di Kopassus.

Ia dipercaya menjadi bagian dari Operasi Seroja menumpas gerakan pro kemerdekaan Timor Timur.

Di tengah operasi berjalan, Prabowo pernah berselisih dengan salah satu seniornya.

Dia adalah Kiki Syahnakri.

Hal ini dirangkum Tribun dari buku "Timor Timur The Untold Story".

Kiki Syahnakri adalah senior Prabowo di AKABRI. Kiki lulus Akabri tahun 1971.

Berbeda dengan Prabowo yang bertugas di korps Baret Merah, Kiki Syahnakri bertugas di baret hijau Kostrad.

Pengalaman tempur Kiki Syanakri juga segudang.

Letjen TNI (Pur) Kiki Syahnakri sebagai Ketum Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat  atau PPAD (kanan) menyampaikan materi dalam Forum Group Discussion di Batam, Senin (23/1/2017, disaksikan AM Putut Prabantoro (Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada Semangat Satu Bangsa. (Istimewa)

Cerita perseteruan Kiki dengan Prabowo terjadi di pertengahan tahun 1995.

Saat itu Kiki berpangkat Kolonel menjabat sebagai Komandan Korem Timor Timur.

Sementara Prabowo yang juga berpangkat kolonel menjabat Wadan Kopassus.

Sebagai Komandan Korem Timor Timur, Kiki adalah penguasa tertinggi militer di Timor Timur.

Ia orang yang paling bertanggung jawab atas setiap operasi militer di Timor Timur.

Pada saat itu Prabowo mempunyai misi di Timor Timur dengan nama sandi Operasi Melati.

Misi Operasi Melati pasukan Kopassus adalah mengamankan situasi di Timor Timur yang memanas dan banyaknya demonstrasi dari massa pro kemerdekaan.

Prabowo mengambil taktik pecah belah massa.

Menurut Prabowo ABRI tak perlu turun tangan langsung mengatasi massa pro kemerdekaan.

Karena jika massa langsung berhadapan dengan ABRI akan membuat ABRI semakin terpojok.

ABRI akan menjadi pihak yang paling disalahkan jika sampai terjadi kerusuhan memakan korban jiwa.

Dengan begitu, ABRI akan dicap sebagai pelanggar HAM.

Prabowo tak ingin itu terjadi. Untuk menghindari cap ABRI sebagai pelanggar HAM, Prabowo merasa perlu ada massa tandingan untuk mengatasi massa pro kemerdekaan.

Menurutnya, biarlah massa tandingan ini yang menghadapi massa pro kemerdekaan.

Sehingga jika pecah kerusuhan, ABRI tidak menjadi pihak yang dipersalahkan.

Cara Prabowo ini ditentang Kiki.

Bagi Kiki, strategi Prabowo itu berisiko tinggi terhadap situasi keamanan di Timor Timur.  

Menurut Kiki, cara tersebut akan menimbulkan konflik horizontal yang justru akan memakan banyak korban jiwa.

Konflik juga akan meluas dan semakin sulit dikendalikan.

Ujung-ujungnya, kata Kiki, ABRI juga yang harus turun tangan.

Perdebatan Prabowo dan Kiki ini terjadi di ruang Danrem disaksikan Pangdam Udayana Adang Ruchiatna.

Prabowo tak terima dengan saran Kiki. Prabowo tetap pada pendiriannya untuk membuat massa tandingan.

Bagi Prabowo tak ada jalan lain untuk mengatasi aksi massa selain menciptakan massa tandingan. 

Karena nada Prabowo meninggi, Kiki terpancing emosinya.

Menurut Kiki, jika ada korban jiwa dalam benturan massa maka yang bertanggung jawab adalah dirinya sebagai Komandan Korem Timor Timur bukan Prabowo.

Prabowo ternyata tak mau kalah. Bahkan Prabowo menuding Kiki selama ini telah gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai Komandan Korem.

Menurut Prabowo, dirinya datang untuk membantu Kiki mengatasi situasi.

Dituding gagal, Kiki makin marah dan kecewa dengan Prabowo. Ia tak terima dengan tudingan Prabowo.

Justru menurutnya, taktik Prabowo itu terlalu menyederhakan masalah dan mengalihkan tanggung jawab.

Kabar yang beredar keduanya nyaris baku hantam di hadapan Pangdam Udayana Mayjen Adang Ruchiatna.

Akhirnya Prabowo memilih meninggalkan ruangan.

Kiki lalu berbicara empat mata dengan Mayjen Adang Ruchiatna.

Kiki beralasan konsep massa tandingan bertentangan dengan filosofi operasi lawan gerilya yaitu how to win the heart and mind oh te people.

Adang setuju dengan Kiki yang menolak taktik Prabowo.

Perseteruan antara Kiki dengan Prabowo kembali terjadi beberapa bulan setelahnya.

Ini terjadi saat Ketua Bappenas dan Menteri Tenaga Kerja melakukan kunjungan kerja ke Timor Timur.

Kiki sebagai Komandan Korem Timor Timur menerima rombongan tersebut.

Ternyata di dalam rombongan, ada Prabowo Subianto.

Prabowo saat itu masih menjalankan Operasi Melati di Timor Timur.

Entah karena masih kesal dengan Kiki karena idenya soal massa tandingan ditolak, Prabowo tiba-tiba mencak-mencak saat jamuan makan siang.

Prabowo kembali menuding Kiki ingin menggagalkan misinya di Timor Timur.

Pangkal masalahnya, Prabowo tidak terima akan ada surat kabar yang diterbitkan Korem dan pemerintah daerah.

Korem dan pemerintah Daerah ketika itu memutuskan menerbitkan surat kabar Suara Timor Timur untuk mengimbangi pemberitaan media asing yang menyudutkan ABRI.

Prabowo yang tahu rencana itu, marah.

Baginya, rencana penerbitan surat kabar itu sebagai upaya menggagalkan program Operasi Melati yang ingin menerbitkan buletin untuk membentuk opini warga Timor Timur.

 Di hadapan para tamu undangan makan siang, Prabowo ngamuk.

Ia mengumpat rencana Korem yang ingin menerbitkan surat kabar.

Kiki yang ada di situ, langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Prabowo.

Dengan nada tinggi, Kiki menanyakan maksud Prabowo yang menyatakan Korem ingin menggagalkan Operasi Melati.

Kembali terjadi adu mulut antara Kiki dengan Prabowo. Suasana berlangsung tegang.

Para tamu undangan hanya bisa diam menyaksikan dua perwira menengah TNI itu bertengkar.

Dua minggu setelah insiden itu, Kiki dicopot sebagai Komandan Korem Timor Timur.

Kiki dimutasi sebagai perwira menengah senior pembantu utama Asisten KSAD.

Ada anggapan Kiki dicopot dari jabatannya karena perseteruannya dengan Prabowo.

Seperti diketahui saat itu Prabowo adalah menantu Presiden Soeharto dan anak emas keluarga Cendana.

Namun Kiki enggan menanggapi hal itu.

Itulah kisah perseteruan Prabowo dengan Kiki seperti yang diceritakan Kiki dalam bukunya yang berjudul "Timor Timur The Untold Story".

(tribunlampung.co.id)

Berita Terkini