Kasus Corona di Lampung

UPDATE Pasien Positif Corona di Lampung Tambah 5 Kasus, ODP 2.675 Kasus dan PDP 51 Kasus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - UPDATE Pasien Positif Corona di Lampung Tambah 5 Kasus, ODP 2.675 Kasus dan PDP 51 Kasus.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Diskes Lampung merilis update terbaru kasus virus corona (Covid-19) di Lampung.

Dalam rilis terbaru yang diunggah di akun Instagram @dinkeslampung, Kamis (16/4/2020) pukul 12.00 WIB, terjadi penambahan 5 kasus pasien positif corona.

Sebelumnya, pada Rabu (15/4/2020), jumlah kasus pasien positif corona di Lampung tercatat ada 21 kasus dengan rincian 8 orang dirawat di ruang isolasi, 5 meninggal dunia dan 8 sembuh.

Sedangkan pada Kamis (16/4/2020), jumlah kasus pasien positif corona menjadi 26 kasus dengan rincian, 13 orang dirawat di ruang isolasi, 5 meninggal dunia dan 8 sembuh.

Untuk jumlah kasus pasien dalam pengawasan (PDP) hanya bertambah 1 kasus, dari 50 kasus pada Rabu (15/4/2020) menjadi 51 kasus pada Kamis (16/4/2020).

Sopir Ambulans Tiap Hari Angkut Puluhan Jenazah Pasien Corona, Ingin Naik Tronton Keliling Jakarta

China Laporkan 108 Kasus Baru, Waspada Gelombang Kedua Virus Corona

Gara-gara Corona Pesawat Kosong Cuma Ada 1 Penumpang, Pilot sampai Menghampiri Beri Penjelasan

Gara-gara Virus Corona, Urusan Warisan Eks Istri Sule, Lina Jubaedah, untuk Anak-anaknya Tertunda

Sementara untuk orang dalam pemantauan (ODP) virus corona di Lampung, bertambah 46 kasus.

Dari 2.629 kasus pada Rabu (15/4/2020) menjadi 2.675 kasus pada Kamis (16/4/2020).

Rinciannya, 767 masih dalam pemantauan, 1.907 selesai pemantauan 14 hari dan 1 orang meninggal dunia.

Tribunlampung.co.id masih menunggu statemen resmi dari Kadiskes Lampung Reihana.

China Laporkan 108 Kasus Baru, Waspada Gelombang Kedua Virus Corona

China mulai menghadapi gelombang kedua kasus virus corona atau Covid-19.

Menurut laporan yang diterima, tercatat ada 108 kasus baru di China.

Pandemi yang disebabkan virus corona masih mengkhawatirkan, namun China sudah hadapi gelombang kedua Covid-19 dengan laporan 108 kasus baru, waspada!

Saat ini Indonesia disebut belum memasuki masa puncak virus corona yang menyebar.

Sedangkan di beberapa negara lain kondisinya sudah membaik.

Namun belum juga berakhir, beberapa ahli mengungkapkan Indonesia harus bersiap dengan gelombang kedua virus corona.

Jika berkaca dari China, negara pertama yang melaporkan adanya kasus virus corona, China sudah sempat melonggarkan aturan karena kasus sudah menurun.

Namun, ketika larangan bepergian dicabut, China daratan telah merasakan peningkatan kasus Covid-19 terbaru.

Dilansir dari Worldofbuzz dari Reuters pada (13/4/2020), sebagian besar kasus baru ini adalah pasien baru yang pulang dari negara lain.

Seorang ahli juga mengingatkan Indonesia soal adanya beberapa gelombang virus corona yang ada di Indonesia.

Salah satu peneiliti yang mengungkapkan hal itu adalah Epidemiolog Indonesia kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.

Ini penjelasan lengkap adanya gelombang kedua dari virus corona ini.

1. Apa Itu Gelombang Kedua?

Penampakan pegunungan Huashan yang diserbu puluhan ribu wisatawan lokal setelah lockdown dilonggarkan pada (5/4/2020).

Menurut Dicky, pandemi Covid-19 berpotensi memiliki beberapa gelombang serangan wabah, termasuk di Indonesia.

Dicky mengatakan, gelombang kedua virus corona adalah bila suatu wilayah telah mencapai puncak terkena virus corona, kemudian terjadi penurunan, setelah fase penurunan jumlah kasus tersebut terjadi lonjakan kasus lagi.

Adapun puncak kasus, kata Dicky, biasanya dihitung dengan attack rate di angka 3-10 persen penduduk merujuk data di Wuhan.

"Gelombang kedua biasanya menyerang hingga 90 persen penduduk yang belum terpapar tadi," kata Dicky dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/4/2020).

Dicky mengungkapkan, gelombang kedua mempunyai masa jeda yang relatif jauh dengan puncak gelombang pertama, bisa memakan waktu sebulan atau lebih.

Seperti halnya di China, gelombang kedua terjadi karena adanya orang dari luar wilayah atau negara yang membawa virus dan menularkan kembali ke populasi yang lainnya.

"Dalam kasus China diduga pembawanya adalah penduduk China yang kembali ke negaranya," ujar Dicky.

2. Pelacakan Kasus Kontak

ILUSTRASI Social Distancing - Social distancing adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran virus corona, menurut para ahli.

Sedangkan untuk di Indonesia, ia menyarankan untuk fokus pada kondisi saat ini dengan intensifikasi dan ekstensifikasi test, pelacakan kasus kontak, perawatan dan isolasi.

Dalam proyeksinya, puncak kurva di Indonesia akan terjadi di awal Mei, dengan asumsi intervensi yang masih sama dengan saat ini.

"Awal atau akhir setiap gelombang tak bisa diprediksi tepat namun dapat diperkirakan, walau kadang sedikit tricky. 

Misalnya DKI melakukan PSBB ketat selama sebulan, dan terjadi penurunan angka kasus baru, dan memutuskan untk membuka atau meniadakan PSBB, pada kondisi tersebut bisa saja disebut gelombang pertama," kata Dicky.

3. Potensi Gelombang Kedua

Perjuangan pasien sembuh virus corona namun sempat dikabarkan meninggal dunia

Menurut Dicky, selama solusi belum ada yaitu obat dan vaksin atau herd imunity terjadi, maka setiap wilayah akan berpotensi mengalami gelombang kedua atau ketiga.

Hal ini, imbuh Dicky, sama halnya seperti perjalanan panjang manusia saat pandemi flu pada 1918-1920.

Dicky mengungkapkan, pandemi Covid-19 ini harus dipahami secara utuh.

"Saya melihat pemerintah pusat atau daerah belum memahami ini.

Terlihat dari pendekatan strategi masih belum menyentuh strategi utama pandemi yaitu tes trace treat dan isolate. 

Plus upaya pencegahan seperti pembatasan sosial dan fisik yang di dalamnya masuk PSBB, cuci tangan dan bermasker," papar Dicky.

4. Gelombang Kedua Akan Lebih Besar?

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. (freepik via tribunnews.com)

Ketika disinggung apakah jumlah kasus di gelombang kedua akan lebih tinggi dari gelombang pertama, ia tak bisa menjawabnya.

Hal itu lantaran selama pemerintah belum mengetahui berapa sebetulnya jumlah penduduk yang telah terinfeksi Covid-19.

Adapun solusinya dapat dengan cara meningkatkan tes secara masal dan agresif sehingga bisa diperkirakan jumlah yang positif.

"Namun akan lebih tepat dan ideal bila melakukan juga survei serologi agar analisa yang didapat relatif lebih bisa dipercaya untuk menggambarkan berapa jumlah penduduk yang masih rawan," kata Dicky.

Menurutnya, semakin besar jumlah penduduk yang belum terinfeksi maka logikanya potensi penduduk yang akan terinfeksi dalam gelombang berikutnya akan semakin besar.

5. China Mendekati Akhir Tapi Masuk Tahap Baru

Tangkapan layar video bernarasikan ketibaan tim medis asal China di Indonesia yang beredar di media sosial.

Dilansir dari Worldofbuzz pada Senin (6/4/2020) lalu, salah satu pakar kesehatan dari China sebut virus corona masih mengintai negara itu.

Dalam waktu seperti ini ia bahkan menyebutkan bahwa babak baru virus corona sedang berlangsung di luar negeri.

Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, bahkan mengatakan bahwa negara itu masih belum melihat kahir dari pandemi ini.

“China tidak mendekati akhir tetapi telah memasuki tahap baru."

"Dengan meluasnya epidemi (secara) global, China belum mencapai akhir dari virus corona."

(TribunMataram.com/ Asytari Fauziah) (Kompas.com/ Dandy Bayu Bramasta)

Artikel ini sebagian telah tayang di Tribunmataram.com dengan judul Waspada Gelombang Kedua Virus Corona yang Diprediksi Akan Terjadi, China Laporkan 108 Kasus Baru

Diskes Lampung merilis update terbaru kasus virus corona (Covid-19) di Lampung. Dalam rilis terbaru yang diunggah di akun Instagram @dinkeslampung, Kamis (16/4/2020) pukul 12.00 WIB, terjadi penambahan 5 kasus pasien positif corona. (Tribunlampung.co.id/Noval Andriansyah)

Berita Terkini