Soeharto Diduga Hendak Dibunuh, Kisah Ibu Tien Hadapi Anak Perempuan yang Tiba-tiba Muncul

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Soeharto menandatangani sampul hari pertama Perangko Seri Ibu Tien Soeharto yang diterbitkan PT Pos Indonesia dalam rangka memperingati 100 hari wafatnya Ny Tien Soeharto, di kediamannya Jl Cendana, Jakarta, Senin (5/8). Usulan menerbitkan perangko ini datang dari Komisi V DPR RI kepada Menparpostel, dan dari Perkumpulan Filatelis Indonesia, perorangan dari Yogyakarta, Surabaya, Pematangsiantar, Ujungpandang, Denpasar, dan Kudus. Soeharto Diduga Hendak Dibunuh, Kisah Ibu Tien Hadapi Anak Perempuan yang Tiba-tiba Muncul.

Apalagi ketika itu, usia Mamiek baru satu tahun.

Pengakuan Ibu Tien itu diamini Soeharto.

 

Menurut Soeharto, tanggal 30 September 1965 kira-kira pukul 21.00 malam, ia bersama istrinya sedang berada di RS Gatot Subroto, menenggok Tommy yang masih berusia empat tahun.

"Kira-kira pukul 10 malam saya sempat menyaksikan Kol Latief berjalan di depan zal tempat Tomy dirawat. Kira-kira pukul 12 seperempat tengah malam saya disuruh oleh istri saya cepat pulang ke rumah di Jl H Agus Salim karena ingat Mamik, anak perempuan kami yang bungsu yang baru setahun umurnya.

Saya pun meninggalkan Tommy dan ibunya tetap menungguinya di RS," kenang Soeharto.

***

SATU Oktober 1965.

Suasana di Jl H Agus Salim, kediaman Soeharto masih terlihat sepi.

Tiba-tiba seorang pria bernama Hamid mengetuk rumah Soeharto yang kebetulan menjadi Ketua RT.

Hamid adalah seorang juru kamera.

Ia mengaku baru saja mengambil gambar tembak-tembakan yang terjadi di sejumlah tempat.

Tak lama kemudian datang Mashuri SH, tetangga Soeharto.

Kepada Soeharto, Mashuri mengaku mendengar suara tembakan.

Soeharto pun mulai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi.

Di tengah tanda tanya itu, muncul Broto Kusmardjo.

Halaman
1234

Berita Terkini