TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Rio Pangestu (23) warga Pekon Sumberagung, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu dikabarkan hilang di perairan Laut Aru, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku.
Itu setelah Kapal KM Bahari 05 yang dia tumpangi mengalami kecelakaan kebakaran di perairan laut Aru, Sabtu, 6 Juni 2020.
Rio Pangestu merupakan satu dari 30 ABK Kapal KM Bahari 05.
Sementara dari 30 ABK tersebut, 28 orang dikabarkan selamat, satu orang meninggal dan satu orang lagi hilang atas nama Rio Pangestu.
• VIDEO Akses Jalan Menuju Pantai Mutun Lumpuh Total Akibat Tertimbun Longsor
• VIDEO Jalan Sultan Agung Terendam Banjir
• Disebut YouTuber Sombong, Ternyata Segini Pendapatan Kekeyi
• Mengaku Masih Liar, Raffi Ahmad Tak Suka Nagita Slavina Tanya ke Mana Dia Pergi
Sampai saat ini, anak pertama dari pasangan Warsito (43) dan Suwarti (42) belum juga ditemukan.
Sementara itu, ibunya Rio, Suwarti baru mengetahui putranya hilang pada Minggu, 7 Juni 2020 malam.
"Dapat kabar melalui Facebook, kapal kebakaran," kata Suwarti ketika ditemui, Minggu, 12 Juni 2020.
Kemudian, tambah Suwarti, mendapat informasi susulan yang dikirimkan teman Rio melalui WhatsApp berupa link berita dari website Divisi Humas Polri Polda Maluku.
Berita tersebut mengenai kegiatan Polres Kepulauan Aru Evakuasi KM Bahari 05 yang terbakar di Perairan Laut Aru.
Disebutkan dalam website tersebut kronologis kejadiannya sekira Sabtu, 6 Juni 2020 pukul 10.30 WIT para ABK KM BAHARI 05 sedang beristirahat (tidur).
Selang beberapa menit kemudian salah seorang ABK melihat adanya asap / api yang muncul dari kamar mesin.
Para ABK langsung bangun ketika melihat asap tersebut.
Kemudian para ABK langsung bangun dan menyelamatkan diri dengan cara melompat keluar dari kapal.
Selang beberapa menit kemudian Kapal KM BAHARI INDAH 06 yang tidak jauh dari TKP langsung menghampir Kapal tersebut dan membantu mengevakuasi para korban ke Kapal KM.BAHARI INDAH 06.
Selanjutnya Selasa, 9 Juni 2020 Kapal KM.BAHARI INDAH 06 membawa para korban ke Dobo dan tiba di Pelabuhan Yos Soedarso Dobo pada pukul 10.30 WIT.
Polres Kepulauan Aru langsung mengevakuasi Korban yang meninggal atas nama Deni dibawa ke RSUD Cendrawasih Dobo dengan menggunakan mobil ambulans dan diantar oleh para ABK KM BAHARI 05.
Dari hasil Visum pihak RSUD Cendrawasih Dobo Dr JUNJUNGAN RINTONGA tidak menemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau tanda luka bakar dan diduga korban meninggal karena tidak bertahan di dalam air / tenggelam.
Sementara itu, Rio Pangestu hilang belum ditemukan.
Ibunya Rio, Suwarti kini hendak berangkat ke Jakarta untuk memastikan kondisi Rio.
Keberangkatan Suwarti didampingi dan dihantar oleh URC Dinas Sosial Kabupaten Pringsewu.
Tujuannya ke Jalan Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Peluit, Jakarta Utara.
Kisah Warga Lampung yang Jadi ABK Kapal Pesiar, Satu Bulan Terombang-ambing di Perairan Yunani
Negara-negara Eropa mulai menerapkan lock down sejak pandemi Covid- 19 semakin meluas.
Dampaknya, kapal pesiar yang biasa mengangkut para wisatawan dilarang untuk bersandar di pelabuhan kota-kota setempat.
Salah satunya kapal pesiar Celebrity Infinity asal Singapore.
'Kapal yang bertolak dari India ini seharusnya sudah bersandar di kota mode, Paris, awal April ini.
Namun karena kebijakan otoritas negara di Eropa menyebabkan kapal beserta hampir seribu kru kapal ini menunda perjalanan.
Satu diantara kru kapal ini merupakan warga Bandar Lampung.
Dia adalah Rediansyah Putra (27).
Warga Perumdam II Tanjung Senang yang sudah 4 tahun lebih menjadi bagian kru kapal tersebut.
Redi yang dihubungi Tribunlampung.co.id melalui WhatsApp menceritakan, kondisi dirinya dan kru kapal dalam keadaan sehat.
Hanya saja, sudah satu bulan ini mereka berada di atas kapal tanpa diperbolehkan untuk turun ke daratan.
"Bukan kita saja, ada 12 kapal lain juga gak boleh masuk pelabuhan," cerita Redi.
Kendati demikian, keseluruhan wisatawan yang menggunakan jasa Celebrity Infinity sudah dipulangkan sejak pertengahan Maret lalu.
Kini hanya tersisa kapten dan kru kapal.
Redi menuturkan posisi kapal saat ini berada di wilayah perairan laut Athena, Yunani. Kru kapal hanya boleh masuk ke pelabuhan untuk keperluan mendesak.
"Kita cuma dikasih waktu 10 jam untuk sandar. Isi bahan bakar dan loading bahan makanan," jelasnya.
Seperti diketahui, meski tak ada lagi tamu wisatawan yang berada di kapal terasebut, semua kru kapal masih bekerja seperti biasa.
Hanya saja ada sedikit kelonggaran setelah kebijakan dari kapten kapal memangkas jam kerja.
"Kita masih bekerja seperti biasa, hanya saja sekarang dalam satu hari 6 Jam kerja. Biasanya sehari 9 jam kerja," terang Redi.
Di waktu senggang, kata Redi, para kru mengisi waktu luang dengan berolahraga agar menjaga stamina. Fasilitas lengkap yang dim
iliki kapal ini seperti ping-pong, lapangan basket dan zumba class dapat dimanfaatkan oleh setiap kru kapal. "Kru campur dari kota dan negara lain, kebetulan orang Lampung cuma saya," katanya.
Kapal pesiar dengan fasilitas hotel berbintang ini menyediakan akses internet 24 jam.
Oleh karena itu, Redi menyebut tak ada kendala dalam urusan berkomunikasi dengan keluarga.
Redi mengaku rindu dengan keluarga di Bandar Lampung. Terakhir kali dirinya kumpul bersama keluarga awal tahun tadi tepatnya di Januari.
"Ya sangat rindu keluarga di Bandar Lampung," katanya.
Ia belum mengetahui sampai kapan mereka bisa melanjutkan perjalanan.
Atau nantinya ada kebijakan agar kru kapal dipulangkan ke negara asalnya masing masing.
"Karena sampai hari ini belum ada instruksi lanjutan dari kapten kapal. Saya harap pandemi Corona bisa cepat berakhir agar kami tidak terkatung-katung di atas laut," tuturnya.
Teman akrab Redi, Madi di Tanjungsenang Bandar Lampung mengaku merindukan temannya ini.
Menurutnya, sudah lama Redi tidak pulang ke Bandar Lampung.
"Sudah beberapa bulan ini dia tidak pulang. Tapi kami biasa komunikasi via WhatsApp," ujarnya.
Menurut Madi, seluruh keluarganya di Bandar Lampung juga merindukan dia dan mengkhawatirkan keadaannya.
"Yah namanya lagi wabah virus Corona ini, apalagi di luar negeri itu kan kasusnya banyak banget. Jadi keluarga dan teman-teman dia di sini khawatir sama dia. Kami berdoa dia tidak kenapa-kenapa, sehat-sehat dan bisa cepat pulang ke Bandar Lampung lagi," ceritanya.
Selain Redi, ada juga kru lain dari Indonesia di kapal tersebut.
Ia adalah Arif, pemuda asal Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Ia juga mengaku sangat merindukan keluarganya di Palembang di tengah pandemi Corona ini.
Ia hanya bisa berharap wabah Corona cepat mereda.
Sehingga dirinya bersama kru lain bisa pulang ke Tanah Air.
Namun ia berharap, saat nanti bisa pulang, dirinya bisa diterima.
"Jadi saya berharap tidak ada pandangan negatif dari keluarga dan masyarakat terhadap kru kapal pesiar yang bisa pulang ke kampung halaman. Karena kami di sini juga selalu menjaga kesehatan, dan ketika kami pulang juga melalui prosedur standar kesehatan," ujarnya.(Tribunlampung.co.id/Robertus Didik/muhammad joviter)
Videografer Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar