TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Rasisme dan diskriminasi menjadi permasalahan yang tak kunjung habisnya, sedari dulu hingga saat ini.
Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bandar Lampung memilik cara tersendiri, dalam upaya menengahi persoalan tersebut.
Melalui kegiatan diskusi daring atau webinar, KNPI Bandar Lampung mencoba mengingatkan kembali mengenai peran pemuda dalam menjaga persatuan dan kebhinekaan, yang telah muncul sejak Sumpah Pemuda di tahun 1928.
“KNPI ingin menegaskan, bahwa secara historikal peran pemuda dalam persatuan Indonesia sangat besar melalui Sumpah Pemuda,” tukas Sekretaris DPD KNPI Kota Bandar Lampung, Een Riansah, Jumat, (19/06/2020).
“Sehingga tugas pemuda saat ini bukan lagi membicarakan perbedaan, tetapi membahas tujuan yang sama dalam meningkatkan produktifitas pemuda terhadap Bhinneka Tunggal Ika dan pengembangan ekonomi di Indonesia” lanjutnya.
Selain itu, KNPI juga turut mengundang Rektor Universitas Lampung, Karomani, guna hadir sebagai narasumber di diskusi daring kali ini, untuk memberikan pandangannya terkait peran pemuda dalam merajut Bhinneka Tunggal Ika.
Karomani memaparkan, terdapat beberapa penyebab utama di tengah proses terjadinya rasisme dan diskriminasi khususnya di Indonesia sndiri, di antaranya seperti pemusatan sumber daya yang tidak proporsional, kapitalisme global, kapitalisme ruang konsumsi, globalisasi, relasi antar kuasa, kelompok berbasis identitas dll.
“Harus kita sadari bahwa ada pihak-pihak tertentu, baik di dalam dan pasti di luar yang tidak ingin Indonesia aman, damai, sejahtera,” ucap Karomani, dalam pemaparannya, Jumat, (19/06/2020).
• DPD KNPI Bandar Lampung Bagikan 1.000 Masker Gratis di Sejumlah Pasar
“Mereka justru ingin Indonesia ini terjadi (konflik) seperti di belahan bumi lain, yang jika itu terjadi maka penguasaan sumber daya alam kita akan beralih ke pihak mereka” tambahnya.
Oleh karenanya, Karomani mengharapkan diperlukan peran pemuda dalam merajut Bhinneka Tunggal Ika, antara lain membangun gerakan budaya dari segala arah melibatkan semua pemuda untuk mengubah tatanan menjadi inklusif.
Selain itu, juga mendorong solidaritas lintas batas, mendorong generasi muda lintas batas melalui kreativitas berorientasi masa depan dan menyindir rasisme.
“Perlu adanya netralitas Negara dan hukum untuk melindungi setiap warga dan kekerasan berbasis identitas atau latar belakang,” imbuh Karomani.
“Dan perlu memfasilitasi tokoh pemuda seperti KNPI, untuk terus membangun solidaritas antar kelompok ras, etnis, aliran agama, dan seterusnya” sambungnya.
Tak lupa, Rektor Unila tesebut juga turut berpesan kepada seluruh mahasiswa Papua, agar jangan sampai menganggap Lampung sebagai tanah orang lain.
Kendati harus menganggap Lampung sebagai tanah tumpah darah, yang telah diperjuangkan bersama-sama.