Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Endra Zulkarnain
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TULANGBAWANG - Pandemi Covid-19 telah membawa dampak besar bagi seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kuliner.
Banyak usaha kecil kelimpungan akibat gempuran virus Covid-19.
Tak sedikit pengusaha yang mengeluh lantaran pendapatan yang menurun drastis akibat adanya wabah virus Covid-19 ini.
Ini terjadi karena ruang gerak masyarakat dibatasi untuk mencegah penularan virus Covid -19.
Para pengusaha pun dituntut untuk memutar otak, supaya usahanya bisa bertahan di tengah gempuran wabah Corona.
Baca juga: Maria Sari Produksi Masker Fashionable 3 Dimensi dari Usaha Rumahan, Konsumen hingga NTT
Baca juga: Operasi Zebra Krakatau 2020, Polres Tulangbawang Bagikan Stiker, Leaflet dan Masker ke Warga
Tak terkecuali pengusaha kuliner.
Pun demikian kondisi yang dirasakan usaha kuliner Ayam Geprek Eng Rama, yang berada di bilangan jalan Gunung Sakti, Menggala, Tulangbawang.
Pengelola Ayam Geprek Eng Rama, Edo Edwin, menceritakan bagaimana kiat dia bisa mempertahankan usaha kulinernya di tengah gempuran pandemi Covid 19 yang belum juga mereda.
Walaupun sebagian besar tidak bisa membuka restoran untuk makan di tempat karena adanya pembatasan ruang gerak masyarakat pasca terjadinya wabah Corona, namun Edo mengaku tetap optimistis UMKM kuliner tetap memiliki peluang untuk produktif.
Salah satu kiatnya, dengan memaksimalkan layanan pesan-antar dari aplikasi daring.
UMKM pun dituntut menjadi kian kreatif di tengah upaya-upaya agar pelanggan tetap setia memesan makanan dengan rasa aman dari rumah.
Salah satu upayanya adalah dengan meningkatkan kebersihan dan keamanan makanan hingga kiat-kiat promosi dan ide menu baru yang muncul selama pandemi Covid-19 ini sebagai upaya untuk tetap menarik pelanggan.
Diawal-awal terjadinya wabah virus Corona, Edo mengaku syok, lantaran omzetnya terjun bebas.
"Sempet syok, diawal wabah corona, omzet turun drastis. Kalau sebelum corona sehari bisa 200 sampai 300 porsi. Nah setelah Corona, sudah maksimal 100 porsi sehari," tutur Edo, Senin (02/11/2020).
"Kondisi ini parah banget, karena konsumen kita kan rata-rata dari pegawai Pemda dan anak sekolah," sambung Edo.
Semenjak covid, anak sekolah dliburkan.
Sehingga secara otomatis sangat berdampak dengan omzet penjualan.
"Di tambah pegawai pemda dengan penerapan sistem kerjanya berubah otomatis mengalami penurunan (omzet)," kata Edo.
Edo pun tak mau patah arang.
Dia terus berfikir keras untuk mensiasati agar omzetnya kembali stabil di tengah pandemi Covid-19.
"Kita coba Sstrategi bermain di sosmed untuk promosi dan menerapkan delivery order. Alhamdulillah, mulai ada titik terang. Sekarang omzet sudah mencapai 200 porsi sehari. Sering sosialisasi melalui sosmed dan melayani pesan antar," kata Edo.
Meskipun belum stabil, namun Edo mengaku, kondisi ini sudah lebih baik dibanding diawal-awal terjadinya gempuran wabah Covid-19.
"Sudah mendekati normal, dan mudah-mudah bisa terus bertahan. Setidaknya, usaha bisa terus jalan dan bisa membayar gaji karyawan," tandas Edo. (Tribunlampung.co.id/endra zulkarnain)