Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Sulis Setia Markhamah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tak sedikit pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) terpuruk di awal pandemi Covid-19.
Namun kemudian kembali produktif dan terus melakukan inovasi agar bisa bertahan di kondisi yang masih belum lepas dari virus corona ini.
Owner Camilan Pedas Seblak Bantet Boss Law, Waluyo mengungkapkan, situasi Covid-19 membuat pemasaran produk makanannya sempat terkendala. Ini lantaran tak sedikit tempat makan yang tutup padahal disanalah produknya banyak dipasarkan.
"Tapi kemudian kami masifkan pemasaran melalui online baik itu di WhatsApp, Instagram, hingga Shopee. Alhamdulillah ada saja pesanan," kata Waluyo kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (10/11/2020).
"Bahkan pemasaran di rumah-rumah makan juga sudah kembali normal meskipun belum optimal," tambah dia.
Dalam sebulan, akunya, setidaknya bisa membuat 30 kilogram bahan baku kerupuk untuk dijadikan olahan seblak bantet.
"Bicara omset dalam sebulan setidaknya Rp 2 juta. Namun saat ini belum sepenuhnya normal sehingga omset masih di bawah itu," bebernya.
Namun begitu, Waluyo yakin tetap bisa menjalankan usahanya ini dan terbantukan melalui pemasaran online. Terlebih produk yang dijualnya, untuk bumbu seblaknya diolah sendiri menggunakan bahan berkualitas.
"Jadi seblak buatan kami ada cita rasa tersendiri dan tidak pasaran. Itu yang membuat kami tetap bisa eksis," imbuh dia.
Dirinya berharap pandemi segera berlalu sehingga bisa mengembangkan usahanya lebih maju lagi. "Intinya juga harus selalu tekun dan ulet agar tidak putus asa ketika kondisi tengah tidak bersahabat," tutur Waluyo.
Saat ditanya bagaimana bisa menekuni bisnis ini, Waluyo mengaku telah memulainya sejak setahun lalu.
"Berawal dari buka-buka Youtube. Terus nyobain buat dan dimakan sama keluarga cocok. Dari situ keluarga lainnya nyicip, teman kantor istri juga. Jadi promosi mulut ke mulut, terus banyak yang pesen, jadi kenapa tidak peluang ini kita tangkap," ujarnya.
Diakuinya bukan berarti tidak ada kendala dalam membangun bisnis ini. Bahkan menurutnya tak jarang gagal di proses penggorengan kerupuk saat awal-awal memulai bisnis.
"Kerupuk susah gorengnya, jadi kerupuk mekar bukan bantet. Ada lima kali ujicoba sebelum berhasil," ceritanya yang menekuni bisnis di rumahnya Jalan Flamboyan II, Labuhan Dalam, Kecamatan Tanjung Senang itu. (Tribunlampung.co.id/ Sulis Setia M)