Dalam Anthropology University of Alabama, Taylor percaya bahwa manusia di lokasi yang berbeda sama-sama berkembang dan maju melalui tahapan tertentu dari budaya yang sederhana ke budaya yang lebih kompleks.
Hal ini berarti kelompok masyarakat primitif juga mencapai posisi mereka saat itu karena belajar dan bukannya tidak belajar, apalagi mengalami kemunduran.
Kelompok masyarakat tersebut hanya berkembang lebih lambat dibanding kelompok masyarakat lain yang sudah terlebih dahulu mengenal peradaban.
Bagan evolusi kebudayaan teori unilinear berupa garis lurus yang menuju ke arah kanan.
Atau dapat disimpulkan bahwa teori unilinear menyatakan evolusi kebudayaan manusia terus maju menuju kehidupan yang lebih kompleks dan modern.
Teori evolusi kebudayaan unilinear ini didukung oleh Lewis Henry Morgan.
Morgan dalam bukunya Ancient Society (1877) membagi manusia terhadap tiga tahap dasar kebudayaan yaitu dari kebiadaban, barbarisme, kemudian menjadi beradab.
Morgan sendiri membagi kebiadaban menjadi tiga tahapan yaitu bawah, menengah, dan atas.
Kebiadaban awal ditandai dengan pembuatan tembikar atau perangkat yang terbuat dari tanah liat.
Kebiadaban tengah ditandai dengan kemampuan menangkap ikan dan menemukan api.
Adapun kebiadaban atas ditandai dengan perkembangan alat perburuan seperti busur dan anak panah.
Menurut teori unilinear, semua masyarakat di dunia mengalami tahapan perkembangan yang sama (kebiadaban, barbarisme, dan keberadaban).
Namun memiliki kecepatan yang berbeda-beda dalam mencapai tiap tahapannya.
Berdasarkan teori Unilinier, perubahan sosial yang lambat terjadi mengikuti tahap-tahap sederhana kemudian menjadi kompleks.
Melalui pembelajaran dan didorong faktor perubahan kebudayaan, kebudayaan manusia berevolusi menjadi lebih modern dan kemudian membangun peradaban yang lebih maju. ( Tribunlampung.co.id / Reni Ravita )