Berita Terkini Nasional

Sosok Ali Kalora, Panglima Teroris Poso yang Tewas dalam Baku Tembak

Penulis: Virginia Swastika
Editor: taryono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ali Kalora dan kelompoknya diburu aparat TNI/Polri - Panglima teroris Poso Ali Kalori tewas dalam baku tembak. Di mata aparat, sosok Ali Kalora dikenal sebagai orang yang kejam dan sadis.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Setelah bertahun-tahun diburu Densus 88, panglima teroris Poso Ali Kalori tewas dalam baku tembak.

Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu tertembak anggota Satgas Madago Raya di daerah Astina Jaya, Kabupaten Parigi Motong, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/9/2021) siang.

Ia disebut tewas bersama seorang teroris lain bernama Jaka Ramadhan.

Lalu seperti apa sosok Ali Kalora, panglima teroris Poso yang tewas dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya?

Ali Kalora merupakan pimpinan MIT menggantikan Santoso yang telah lama ditembak mati beberapa tahun lalu.

Warga kelahiran Poso Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utama ini memiliki istri bernama Tini Susanti Kaduka alias Umi Farel.

Nama belakang Kalora diambil Ali dari desa tempat kelahirannya.

Ali merupakan satu di antara pengikut senior Santoso dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur.

Ia juga dikabarkan memiiki kedekatan dengan Santoso, hingga akhirnya ditunjuk sebagai pemimpin baru saat Santoso tertembak.

Tak hanya itu, penunjukkannya sebagai pemimpin itu juga didorong dengan kemampuannya dalam mengenal medan gerilya.

Menurut Ridwan Habib, peneliti bidang terorisme intelijen asal Universitas Indonesia, sosok Ali Kalora adalah orang yang berperan sebagai penujuk arah serta jalan di pegunungan dan hutan Poso.

Sebab sebagai warga asli Desa Kalora, Poso, dirinya dipercaya telah menguasai wilayah lokasi daerahnya tersebut.

Sementara menurut Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Rudy Sufahriadi, sosok Ali Kalora digambarkan sebagai sosok radikal senior di kalangan gerilyawan di Poso.

Rudy juga memperikarakan bahwa Ali memiliki potensi dalam menjadi Santoso baru karena pengalamannya yang begitu banyak.

Akan tetapi, lanjut Rudy, kemampuan gerilya Ali Kalora tidak begitu merepotkan bila dibandingkan kemampuan Santoso.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian menilai bahwa kepemimpinan Ali tidak sama dengan Santoso dan Basri, begitu pula dengan spesialisasi dan militansi.

Di sisi lain, Peneliti The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya, sempat membeberkan beberapa informasi tentang kelompok Ali Kalora

Menurut informasi, kelompok Ali Kalora hanya terdiri dari 10 orang, namun mereka memiliki militansi dan daya survival tinggi.

Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu ditambah sokongan logistik dari para simpatisan yang bermukim di bawah pegunungan Poso.

Sebagai anggota terorisme, Ali Kalora ini juga dikenal kejam dan sadis.

Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa saat masih menjabat Komandan Jenderal Kopassus mengungkap, kelompok Ali Kalora tak segan mengancam, menyandera, bahkan membunuh warga di Poso.

Mereka digambarkan akan melakukan hal sadis tersebut kepada masyarakat demi mendapatkan logistik dan makanan.

"Masyarakat ini diancam dan sebagainya kalau tidak menyerahkan makanan atau logistik itu ya dibunuh di sana dan tidak main-main, mereka membunuh itu dengan sadis."

"Semua modusnya itu dengan potong leher," kata Cantiasa dikutip dari Tribunnews (19/9/2021).

Bahkan kelompok pimpinan Ali Kalora ini diketahui pernah memenggal sejumlah warga di perkampungan.

Presiden Jokowi pun sampai buka suara agar aparat segera mengejarnya. ( Tribunlampung.co.id /Virginia Swastika )

Baca berita terkini nasional lainnya

Berita Terkini