Pesisir Barat

Jejak Mahapatih Kerajaan Majapahit di Lampung, Gajah Mada Pernah Singgah di Krui?

Penulis: Nanda Yustizar Ramdani
Editor: Hanif Mustafa
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Objek makam yang dinyana sebagai Makam Mahapatih Gajah Mada di Pekon Kerbang Dalam, Pesisir Utara, Pesisir Barat.

"Mulai dari asal-usulnya, bentuk wajahnya, hingga kiprahnya dalam konstelasi politik Majapahit. Semuanya penuh misteri," ujar Elly, Minggu (6/3/2022).

Bila dirunut dari berbagai catatan yang lebih rasional, Gajah Mada ialah seorang abdi karir bahkan pernah menjadi bekel atau pengawal raja (Paspampres) Majapahit.

"Kala konflik berdarah yang hampir meruntuhkan Majapahit di masa awal kerajaan ini berdiri, dia menyelamatkan sang Raja Jayanegara," kata Elly.

"Dan berhasil mengembalikan tahta sang Raja," sambungnya.

Pemilik kanal YouTube Jelajah Kroe Official itu menjelaskan, karir Gajah Mada dalam konstelasi politik Majapahit melejit di masa kepemimpinan Ratu Tribuana Tunggadewi.

"Ia diangkat menjadi pejabat senior," terang Elly.

Era keemasan Gajah Mada dimulai kala Hayam Wuruk menjabat sebagai Raja Majapahit.

Ketika itu, Mahapatih Gajah Mada menjadi orang nomor dua di Kerajaan Majapahit setelah Raja Hayam Wuruk.

Inilah periode di mana Gajah Mada mengumandangkan sumpahnya yang begitu masyhur yang dikenal dengan istilah Sumpah Palapa.

Sumpah Palapa ini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton, yang berbunyi 'Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada, lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa'.

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, berbunyi 'Kamu Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Kamu Gajah Mada, jika telah menundukkan seluruh Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa'.

Elly menerangkan, sebenarnya sumpah tersebut merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh pejabat kerajaan waktu itu dan sangat normatif.

"Oleh Moh Yamin dijadikan fenomenal oleh apa yang namanya 'Sumpah Palapa'," ungkap dia.

"Karena pada saat itu, Yamin mencoba membangkitkan nasionalisme negeri yang kala itu masih bernama Hindia-Belanda," tambahnya.

Saat krisis politik tejadi di Majapahit, entah karena perang Bubat atau berbagai persoalan internal politik Hayam Wuruk, Gajah Mada seolah harus bertanggung jawab terhadap krisis politik tersebut.

Halaman
1234

Berita Terkini