Lastri tak pulang ke kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah, pada lebaran tahun ini. Perihalnya bukan karena tak dapat tiket bus ataupun tak punya uang.
"Saya terpaksa ngga pulang, karena mau ngurus sekolah anak, baru mau masuk SMK tahun ini," kata Lastri.
Lastri bersukur dapat berjualan pada tahun ini, setelah dua tahun sebelumnya tak ada keramaian yang berarti di Terminal Kampung Rambutan yang menjadi ladang penghasilannya.
Pada momen lebaran tahun ini, ia dapat menghasilkan lebih dari Rp 300.000 perhari, dari hasilnya menjajakan jamu tradisional.
Varian jamunya beragam, mulai dari beras kencur, kunyit asam, pahitan, sampai menu dengan menggunakan ekstra telur ayam kampung.
"Harganya macem-macem, kalau yang biasa harganya Rp 5.000, ada juga yang sampai Rp 25.000 kalau pakai telur ayam kampung," ujar Lastri bercerita.
Ketika ia tak berjualan tahun lalu, ia hanya membantu suaminya menyiapkan keperluan dagang bakso keliling kepunyaan suaminya.
Dari jerih payah Lastri dan suaminya lah, kedua putranya dapat disekolahkan ke jenjang menengah kejuruan.
Putra pertamanya kini tengah bekerja di Surabaya, Jawa Timur, sementara anak keduanya sedang proses masuk ke SMK dengan jurusan mesin.
"Ya selama pandemi itu, saya cuma bantu-bantu suami aja, suami kan dagang bakso di sekitar sini (Terminal Kampung Rambutan) juga," ucap Lastri.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com