Berserah diri kepada Allah SWT, Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya, Ismail di atas pelipisnya, setelah itu Allah SWT pun berfirman kepadanya:
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang- orang yang berbuat baik.” (Surat As-Shaffat, ayat 104 -105).
Ketika Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah pun menghentikannya dengan mengirimkan Malaikat Jibril bersama seekor domba jantan untuk dikorbankan.
Ibrahim diizinkan untuk mengorbankan seekor domba jantan sebagai ganti putranya
Momen ini kemudian dinamakan Idul Adha yang berarti pengorbanan.
Dalam perayaannya, sebenarnya Idul Adha secara tradisional dirayakan pada hari pertama oleh mereka yang mampu melakukannya.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pengorbanan simbolis berupa seekor domba, kambing, sapi, unta, atau hewan lain.
Lalu, dagingnya akan dibagikan secara merata di antara keluarga, teman, dan yang membutuhkan.
Selain melakukan tradisi berkurban, biasanya kaum muslimin akan melaksanakn salat berjamaah saat fajar pada hari pertama Hari Raya Idul Adha.
(Tribunlampung.co.id/Virginia Swastika)