Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Paskibra atau Pasukan Pengibar Bendera HUT RI ke-77 di Kabupaten Lampung Tengah terpaksa harus menerobos kubang lapangan.
Itu dilakukan karena situasi lapangan lokasi upacara HUT RI ke-77 becek dan belumpur diguyur hujan lebat. Demikian tidak menyurutkan semangat paskibra yang bertugas kala itu.
Meskipun seragam paskibra Lampung Tengah ini, yang semula putih berubah coklat akibat lumpur lapangan upacara HUT RI ke-77
Sebanyak 30 tim paskibra berhasil melaksanakan tugas dengan aman dan lancar, setelah menyerahkan bendera kepada Kapolsek AKP Ferryantoni selaku pembina upacara.
Upacara itu, sebagai prosesi upacara penurunan bendera merah putih yang berlangsung di Kecamatan Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah, Rabu (17/8/2022) sore kemarin.
Hujan deras turun dari pukul 12.00 WIB hingga sore hari pukul 16.30 WIB.
Alhasil, kegigihan tim paskibra dalam mengemban tugas itu menuai tepuk tangan meriah dari peserta upacara. Serta masyarakat yang hadir menyaksikan upacara itu di Lapangan Merdeka Bangun Rejo.
Kapolsek Bangun Rejo Polres Lampung Tengah, AKP Ferryantoni selaku pembina upacara mengapresiasi Paskibra yang dengan tangguh melaksanakan tugasnya dengan baik.
AKP Ferryanto juga mengapresiasi para pelatih yang sudah membentuk mental, fisik, dan semangat para pelajar yang terpilih sebagai Paskibra, yang tak gentar walaupun kondisi medan berair dan berlumpur.
"Saya respect kepada adik-adik, hujan panas bukan halangan, tugas tetap dilaksanakan," ujarnya.
Upacara penurunan bendera selain dihadiri oleh Kapolsek Bangun Rejo selaku pembina, juga dihadiri Camat Bangun Rejo dan ketua panitia HUT RI Bangun Rejo.
Bripka Leonardo Kriswanto sebagai salah satu pembina Paskibra itu mengaku bangga, karena anak didiknya memberikan performa yang luar biasa dalam pelaksanaan tugas.
Sejumlah 30 personil tim Paskibra itu dari lima sekolah di Kecamatan Bangun Rejo. Mereka dibina dan dilatih oleh empat pelatih, dari purna dan dua pelatih dari TNI Polri
"Saya bangga kepada mereka bisa menyelesaikan tugasnya walaupun dengan cuaca yang ekstrim," kata Bripka Leonardo yang akrab disapa Pak Bhabin.
Satu personil Paskibraka Kecamatan Bangun Rejo, Oktavianti mengatakan, upacara penurunan bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke 77 ini merupakan momen berkesan baginya dan anggota Paskibra lainnya.
"Cuaca ekstrim mengingatkan kami akan instruksi pelatih untuk lebih fokus, dan lebih berhati-hati dalam menjaga formasi di medan tersebut," ujarnya.
Ia mengucapkan banyak terimakasih kepada pelatih yang telah susah payah membina dan membentuk tim Paskibra Bangun Rejo dari nol hingga tugas selesai.
"Ini momen yang nggak akan terlupakan, walaupun kondisinya berair dan berlumpur," katanya.
Dalam peringatan HUT RI identik dengan Upacara Pengibaran Sang Merah Putih di pagi hari dan Penurunan Bendera di sore harinya.
Upacara penurunan bendera untuk menyimpan kembali Bendera Merah Putih. Hal ini dilakukan sebagai tanda kehormatan setinggi-tingginya pada bendera negara . Kedua, sebagai tanda berkabung nasional.
Upacara penurunan bendera dalam konteks ini sebagai pernyataan perasaan berkabung seluruh masyarakat atas terjadinya suatu bencana yang dialami oleh wilayah yang terkena dampak parah ataupun karena meninggalnya seorang tokoh yang memiliki pengaruh besar dan dikenang atas jasanya.
Selain dua alasan kenapa ada Upacara Penurunan Bendera, dalam UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, pasal 4 dijelaskan pengibaran dan/atau pemasangan Bendera Negara dilakukan pada waktu antara Matahari terbit hingga Matahari terbenam.
Namun, pemasangan Bendera Negara dapat dilakukan pada malam hari pada kondisi tertentu. Oleh sebab itu, Bendera Merah Putih diturunkan menjelang Matahari terbenam.
(Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq)