Berita Lampung

Wisata Religi Gua Matu di Pesisir Barat Lampung Mampu Hasilkan Ribuan Ton Pupuk Guano

Penulis: saidal arif
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masyarakat saat mengambi pupuk guano dari dalam wisata religi Gua Matu. Wisata Religi Gua Matu di Pesisir Barat Lampung mampu hasilkan ribuan ton pupuk guano.

Tribunlampung.co.id, Pesisir Barat - Dibalik cerita mistis wisata religi Gua Matu, di Pesisir Barat Lampung, ternyata membawa berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Wisata Religi Gua Matu ini dipercaya oleh masyarakat Krui dihuni oleh 12 kerajaan gaib dan kerap dikaitkan dengan penguasa gaib Samudra Hindia.

Namun siapa sangka dibalik cerita mistis yang menyelimutinya, ternyata dari dalam Gua Matu ini mampu menghasilkan puluhan ton pupuk Guano (pupuk kotoran kelelawar) yang dihasilkan dari ribuan kelelawar yang menempatinya.

Wisata religi Gua Matu ini terletak di Pekon (Desa) Way Sindi Hanuan, Kecamatan Karya Penggawa, Pesisir Barat Lampung.

Bagi Hermansyah warga Pekon (Desa) Way Sindi Hanuan keberadaan ribuan kelelawar yang menempati gua matu ini merupakan keberkahan tersendiri.

Baca juga: Kuota 30 Persen Perempuan Tak Tercapai, Bawaslu Pesisir Barat Lampung Perpanjang Pendaftaran PKD

Baca juga: Jelang Imlek Harga Bahan Pokok di Pesisir Barat Lampung Naik, Telur Rp 27 Ribu per Kg

Dirinya menggantungkan hidup sehari-hari dari upah mengambil pupuk guano ini.

Hermansyah menjelaskan, masyarakat sekitar dilarang menjual pupuk guano yang diambil dari dalam gua Matu tersebut.

Namun mereka diperbolehkan menerima imbalan dari hasil mengambil pupuk guano itu dengan sebutan upah.

"Kalau dijual gk boleh, kita tidak diizinkan menggunakan istilah jual tapi harus diganti dengan sebutan upah," ungkapnya. Sabtu (21/1/2023).

Hermasyah mengaku, setiap hari dirinya mampu mengambil pupuk guano dari dalam gua Matu ini sebanyak 45 hingga 50 kilogram.

Dimana mereka diberi upah sebesar Rp 2 ribu perkilogram dari mengambil pupuk guano ini.

Dijelaskanya, produksi pupuk guano ini akan meningkat saat musim buah tiba, sebab produksi pupuk guano ini bergantung pada kotoran kelelawar yang ada.

"Kalau musim buah tiba biasanya produksi pupuk lebih banyak karenakan pupuk ini dihasilkan dari kotoran kelelawar," kata dia.

Peminat pupuk dari kotoran kelelawar ini bukan hanya masyarakat sekitar saja, namun juga berasal dari luar daerah Pesisir Barat.

Hermansyah menuturkan, pupuk guano ini mampu menyuburkan tanaman cengkeh, lada, kopi dan sayur-sayuran.

"Kalau pupuk asli dari Gua Matu ini beda dengan pupuk kandang biasa, karena kalau digunakan untuk tanaman hasilnya langsung terlihat, tanaman akan lebih subur," bebernya.

Sementara itu, Subing (38) warga lainya yang sedang mengambil pupuk guano mengaku, masyarakat sekitar memanfaatkan kotoran kelelawar itu untuk pupuk sudah berlangsung sejak lama.

"Kalau pengetahuan mengambil pupuk di gua matu ini sudah dari nenek moyang kita dulu," ucapnya.

Diungkapkannya, meskipun pupuk kotoran kelelawar ini sudah diketahui memiliki manfaat bagi tanaman sejak lama.

Namun, sangat sedikit masyarakat yang berani mengambil kotoran kelelawar dari dalam Gua Matu tersebut.

Sebab, banyaknya cerita mistik yang dikaitkan dengan penghuni goa Matu ini, sehingga membuat tidak sembarangan masyarakat mengambil kotoran kelelawar.

Menurut masyarakat adat setempat, untuk bisa mengambil kotoran kelelawar dari dalam Gua matu mereka harus melakukan semacam ritual minta izin kepada penghuni gua terlebih dahulu.

Tradisi tersebut tentu berdampak baik bagi kelangsungan ekosistem ribuan kelelawar yang menghuni gua Matu ini.

Sehingga manfaat yang dirasakan mayarakat dari kotoran kelelawar dari terus berlangsung dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

(Tribunlampung.co.id/ Saidal Arif)

Berita Terkini