Berita Lampung

8 Sapi di Pesisir Barat Terindikasi Kena LSD, Pemkab Tunggu Kiriman Vaksin

Penulis: saidal arif
Editor: Indra Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas kesehatan hewan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Pemkot Metro melakukan pengobatan sapi terkena LSD.

Tribunlampung.co.id, Pesisir Barat - Kasus LSD (Lumpy Skin Disease) yang menyerang hewan ternak di Pesisir Barat Lampung bertambah.

Kabid Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pesisir Barat Lampung, Rahmat Nursan mengatakan, pihaknya mencatat ada penambahan kasus LSD.

Dikatakannya, delapan ekor sapi terindikasi terkena LSD berada di Pekon Marang, Kecamatan Pesisir Selatan, Pesisir Barat Lampung.

"Ada penambahan lagi delapan ekor sapi yang terindikasi terkena LSD," ungkapnya, Rabu (31/5/2023).

Untuk memastikan delapan ekor sapi itu positif LSD atau bukan pihaknya telah menggambil sampel darahnya untuk dilakukan uji laboratorium.

Tindakan pertama yang mereka lakukan terhadap delapan ekor hewan tersebut yakni melakukan pengobatan.

“Jadi sekarang ada 16 ekor sapi yang terindikasi terjangkit LSD, delapan ekor sapi di Kecamatan Pesisir Tengah dan delapan ekor sapi di Kecamatan Pesisir Selatan,” katanya.

Menurutnya, untuk mencegah meluasnya penyakit LSD itu ke hewan ternak lain pihaknya telah mendistribusikan disinfektan ke para peternak.

Sedangkan untuk vaksin pihaknya sedang menunggu kiriman dari Provinsi.

Kemungkinan vaksin tersebut baru terealisasi pada pertengahan Juni mendatang.

Diberitakan sebelumnya, Kondisi delapan ekor sapi yang terindikasi Lumpy Skin Disease (LSD) di Pesisir Barat Lampung terus membaik.

Kepala Dinas  Ketahanan Pangan dan Pertanian (DPKPP) Pesisir Barat, Unzir mengatakan, sejak ditemukan delapan ekor sapi terindikasi LSD pihaknya terus memantau kondisinya.

"Setelah dilakukan pengobatan, kondisi delapan sapi ini terus membaik," ungkapnya, Sabtu (27/5/2023).

Selain delapan sapi yang terindikasi LSD itu, hingga saat ini pihaknya belum menemukan maupun mendapat laporan dari masyarakat.

Menurutnya, jika hewan ternak terkena penyakit LSD jika tidak segera diobati akan mengakibatkan hewan tersebut kehilangan nafsu makan hingga menyebabkan kematian.

"Sampai sekarang kita belum mendapatkan laporan masyarakat jika ada sapi yang mati dengan ciri-ciri LSD," katanya.

Hasil pemeriksaan sampel darah yang diambil dari delapan ekor sapi yang terindikasi LSD itu hingga saat ini belum bisa disimpulkan.

Sebab, pemeriksaan sampel darah hewan yang terindikasi LSD itu sedang dalam tahap proses pemeriksaan.

Kendati demikian, dari delapan ekor sapi yang terindikasi LSD itu ada tiga ekor sapi yang kemungkinan besar telah terkena LSD berdasarkan ciri-ciri yang ada.

"Jika melihat kondisi fisik dan ciri-ciri ada tiga ekor sapi yang kemungkinan besar sudah terkena LSD," bebernya.

Untuk memastikan apakah ada hewan ternak lainnya yang terindikasi terdampak LSD, pihaknya telah melakukan pemeriksaan pada sejumlah hewan ternak milik warga.

Di antaranya di Kecamatan Pesisir Tengah dan Kecamatan Krui Selatan.

Unzir mengaku, dalam melakukan pengecekan terhadap sejumlah hewan tersebut ada beberapa kendala yang dihadapi.

Seperti keterbatasan jumlah personil yang hanya tiga orang dan ketersediaan obat yang terbatas.

"Dari empat jenis obat yang dibutuhkan untuk menangani LSD yang masih tersedia hanya tinggal dua jenis saja," imbuhnya.

"Untuk vaksin LSD kita sedang menunggu kiriman dari Pusat yang didistribusikan melalui Pemprov Lampung," lanjutnya.

Ia mengimbau kepada para peternak agar selalu menjaga kebersihan kandang dan memperhatikan kesehatan hewannya.

"Jika ditemukan ada hewan yang terindikasi LSD kami minta untuk segera melapor, agar segera bisa ditangani," pungkasnya.

(Tribunlampung.co.id/ Saidal Arif)

Berita Terkini