Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Para nelayan menginginkan tumpukan sampah tetap ada di pesisir Pantai Sukaraja, Bandar Lampung.
Nelayan ternyata membutuhkan sampah-sampah tersebut.
Keinginan nelayan di Pantai Sukaraja, Bandar Lampung tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Lampung Emilia Kusumawati.
Dia mengatakan, butuh banyak upaya untuk mengatasi persoalan sampah di pesisir Pantai Sukaraja, Bandar Lampung.
Menurutnya, terdapat dua pandangan berbeda terkait kondisi tumpukan sampah yang ada di sana.
Pertama, masyarakat yang menginginkan Pantai Sukaraja bebas dari sampah.
Kedua, nelayan tetap menginginkan beberapa bagian tepi Pantai Sukaraja bertumpuk sampah.
Nelayan berargumen, tumpukan sampah itu digunakan menjadi landasan sandar untuk perahu para nelayan sekitar.
Sebab, hanya di tumpukan sampah itulah perahu mereka dianggap aman untuk disandarkan.
"Memang harus ada kolaborasi untuk penanganan sampah di pesisir Pantai Nelayan Sukaraja," kata Emilia di Bandar Lampung, Kamis (13/7/2023).
"Karena kebiasaan nelayan karena mereka gak mau (dibersihkan total sampahnya), karena sampahnya menopang kapal mereka," lanjutnya.
Pandangan itu diklaim Emilia Kusumawati menjadi alasan penolakan nelayan saat Pemprov Lampung merencanakan upaya revitalisasi sumber daya air dan pesisir di Pantai Sukaraja.
"Itulah kenapa beberapa kali kita ke sini ada penolakan karena untuk sandar mereka," imbuhnya.
Emilia menilai perlu banyak pemikiran untuk menuntaskan persoalan itu.
"Kita coba cari solusinya, menggandeng akademisi dan penggiat lingkungan serta masyarakat dan nelayan setempat," kata Emilia.
Tempat Sandar Kapal
Polemik lingkungan itu dibenarkan oleh nelayan setempat.
Sebagian besar nelayan Pantai Sukaraja, Bandar Lampung berharap tumpukan sampah tidak dibersihkan semuanya.
Nelayan berpendapat tumpukan sampah ini telah menjadi daratan dari garis bibir pantai sebelumnya.
Ketua Nelayan Pantai Sukaraja Maryudi (50) mengatakan, sampah-sampah itu telah menumpuk sejak belasan tahun lalu, sehingga telah menjadi daratan aman untuk menaruh kapal-kapal nelayan.
Melihat garis bibir pantai ini sangat dekat dengan batas permukiman warga.
"Setelah sampah menumpuk dan menebal di pantai, garis bibir pantai bertambah sekitar puluhan meter seperti saat ini," kata Maryudi.
Sebab itu, Maryudi dan sebagian nelayan tidak setuju jika tumpukan sampah itu dibersihkan seutuhnya sebelum ada solusi pengganti daratan itu oleh pemerintah.
Warga Minta Talut
Warga sekitar pesisir pantai di Jalan Ikan Selar, Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung mengaku kerap kali wilayahnya dilanda banjir.
Banjir biasanya terjadi setiap satu tahun sekali pada bulan Desember.
Loli, nelayan Sukaraja, mengatakan, banjir sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. "Udah lama (banjir). Langganan di sini mah," kata Loli, Kamis (13/7/2023).
Loli mengaku, saat banjir, tumpukan sampah yang ada di pantai ikut masuk ke dalam rumah.
"Iya, sampah-sampah plastik itu masuk ke dalam rumah. Biasanya banjir itu selututlah tinggi airnya," lanjutnya.
Loli pun berharap Pemkot Bandar Lampung dapat menimbun sampah di pantai tersebut, kemudian dibuatkan talut.
"Ya kan kemarin sudah dibersihin ribuan orang. Harapannya sekarang bisa dikeruklah sampah ini, terus ditimbun pakai tanah apa pakai pasir gitu. Kalau bisa lagi ya dibuatin talut, biar airnya nggak naik ke rumah warga. Biar enak dilihat juga," katanya.
Hal sama dingkapkan warga lain. Ia berharap pemerintah setempat membuat talut.
"Karena kemarin dibersihin, jadi sampahnya ngurang, jadi sampahnya lebih pendek. Kalau pasang, airnya masuk ke permukiman warga, naik. Jadi harapannya ya dibuat pembatas," pungkasnya.
Sebelumnya Pandawara Group mengajak masyarakat untuk tidak saling menyalahkan terkait masalah sampah.
Gilang (22), salah satu pengawa Pandawara Group, mengatakan, masalah sampah merupakan tanggung jawab bersama manusia di bumi.
"Setop menyalahkan. Karena masalah lingkungan ini merupakan tanggung jawab semua manusia bumi. Selama manusia itu masih hidup di bumi, maka masalah lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama," kata Gilang, Senin (10/7/2023).
Gilang mengatakan, kegiatan ini murni dilakukan untuk memberihkan sampah dan mengajak kolaborasi pemerintah dan masyarakat.
"Kegiatan ini tujuan awalnya ingin mempersatukan sinergitas antara masyarakat dengan pemerintah untuk menanggulangi masalah lingkungan. Jadi jangan saling menyalahkan, karena itu bukan solusi," tegasnya.
Anggarkan Rp 500 Juta
Aksi bersih-bersih sampah di Pantai Jalan Ikan Selar Bandar Lampung membawa dampak positif.
Pemkot Bandar Lampung akan menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menganggarkan dana Rp 500 juta untuk pembuatan talut.
Hal itu disampaikan Plt Sekkot Bandar Lampung Iwan Gunawan.
Dikatakannya, Pemkot Bandar Lampung memiliki rencana jangka pendek dan jangka panjang dalam menanggulangi masalah sampah pantai di Jalan Ikan Selar, Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung.
"Kita akan perbaiki talut yang ada. Kalau rencana jangka pendek kan jalan sudah diaspal, kemudian kita akan cat juga ini semua. Lalu siringnya kita bersihkan. Kita akan buat tempat ini menjadi tidak kumuh," ucapnya, Kamis (13/7/2023).
"Untuk jangka panjangnya nanti, kita akan menalut ini (tumpukan sampah). Kita keruk, kita timbun pakai tanah, kita kasih paving block," ucapnya.
Akan tetapi, Iwan menyebut, ini merupakan langkah jangka panjang yang akan dilakukan.
Kemungkinan besar rencana ini dianggarkan dalam APBD Perubahan 2023.
"Tapi itu tidak dalam waktu cepat. Paling cepat di APBD Perubahan 2023 di akhir tahun bulan Desember," paparnya.
Menurut Iwan, pembuatan talut ini memerlukan anggaran yang besar.
"Karena kan anggarannya besar ya. Dikeruk, ditimbun tanah, lalu dipaving block. Itu tidak kurang dari Rp 400 juta-Rp 500 juta," ucapnya.
Iwan mengatakan, pihaknya juga meminta DLH Bandar Lampung untuk menyediakan kontainer sampah.
Hal itu agar masyarakat membuang sampah di kontainer tersebut.
"Saya berharap sih dari DLH bisa menanami bunga, tanaman biar cantik. Sudah saya sampaikan juga ke DLH untuk kemudian menyediakan kontainer sampah agar masyarakat buang sampahnya di kontainer itu," pungkasnya.
(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer/Riana Mita)