TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Presenter Jeremy Teti mengenang ucapan pahit mantan bosnya yang menusuk hati terdalamnya.
Jeremy Teti mengalami momen tak mengenakan itu seusai dia mempertanyakan perihal haknya.
Masih teringat jelas di kepalanya, Jeremy Teti pun mengungkap kalimat menyakitkan yang pernah diucap mantan bosnya.
“Kalau mau kerja jangan mutung-mutung ya, kalau mau resign bilang karena yang kerja di sini udah antre sampe Depok paham anda, wah itu nusuk.” ucap Jeremy Teti dikutip dari Youtube Trans TV Official berjudul ‘Kekecewaan Jeremy Teti Atas Perlakuan Atasannya Terhadap Dirinya | RUMPI (1/5/24) P1’.
Diketahui Jeremy Teti mengawali kariernya sebagai pembawa acara berita.
Belasan tahun menjadi pembawa acara berita, Jeremy Teti pun mencapai puncak kariernya.
Program berita malam yang dibawakannya menghasilkan angka share share yang cukup tinggi.
Tapi tak disangka, hal itu justru memberi luka bagi Jeremy Teti.
“Sakit ya, banyak netizen yang komentar mungkin nasibnya sama kayak saya jadi korban atasan yang ngomong tanpa filter gitu,”
“Aku waktu itu kerja udah 17 tahun lebih belum pernah nanyain gaji satu kalipun nggak pernah, mohon maaf lahir bathin.”
“Baru kali itu aku beraniin diri, karena program yang aku pegang itu share nya bisa tembus 40. Program news tembus 40 itu langka. Kompetitor gue cuma soccer liga Eropa, liga Inggris,” tutur Jeremy Teti.
Menurut Jeremy, gaji yang didapatkannya itu dirasa tak sesuai dengan rentetan pekerjaan yang jadi tanggung jawabnya.
Dia pun berharap ‘atasannya’ bisa lebih menghargai hasil jerih payahnya.
“Kok gini amat ya, kok gajiku begini-begini aja.”
“Karena pekerjaan makin banyak, hasilnya jelas, share dan rating kita kan terukur jelas, nah itu aku memberanikan diri, aku udah 17 tahun bekerja.”
Latar belakangnya bukan karena finansial, Jeremy Tetty merasa ada kesenjangan yang terjadi antar karyawan.
Terlebih ketika ada juniornya yang mendapat fasilitas kantor yang tak sama dengan yang didapat Jeremy selama ini.
“Bukan masalah kebutuhan (finansial), kadang kan kepuasan batin kita sebagai karyawan bekerja kita punya prestasi terukur jelas and then saya udah beberapakali jadi nominasi juga kan.”
“Aku melihat kok anak-anak baru mendapat fasilitas mobil kok aku nggak dapat ya, salah aku dimana. Dan aku pernah di non-job-kan selama hampir 2 tahun,” ucap Jeremy Teti tak sanggup menahan air mata.
Hati Jeremy Teti hancur ketika dia tak lagi dihargai sebagai karyawan.
Dia bahkan sempat tak diberi pekerjaan padahal secara resmi masih menjadi karyawan di tempatnya bekerja.
kehadirannya bak tak dianggap, Jeremy Teti pun mempertanyakan kesalahannya.
“Nggak jelas, karena aku tidak pandai menjilat kesana kemari, kalau aku pandai menjilat kan aku kemana-mana tinggal ikut. Karena aku kerja independen terukur semua jelas ya aku lakukan.”
“Kalau aku ada kesalahan kan ada evaluasi, tiba-tiba aku out dari presenter, tiba-tiba nggak siaran,” kata Jeremy Tetty dengan linangan air mata.
Tidur di Tempat Pengungsian dan Terminal Demi Jadi Presenter
Jeremy Teti melewati masa kecil dengan tidak mudah.
Sejak masa kecil Jeremy Teti melihat langsung konflik saudara karena berasal dari Atambua, Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Timur kini Timor Leste.
Kala itu Jeremy Teti berpindah-pindah dan tidur di tempat pengungsian agar selamat dari konflik bersenjata.
Perjalanan hidup Jeremy Teti memang penuh perjuangan yang dimulai sejak masa kecil hingga muda.
Hingga akhirnya pria bernama lengkap Yeremias Chornelus Teti atau yang lebih dikenal sebagai Jeremy Teti tak asing bagi penonton program berita di televisi.
Jeremy Teti sudah dikenal luas sebagai presenter handal di teveisi baik sebagai reporter atau pembaca berita.
Bahkan, sebagai presenter handal dibuktikan usai meraih predikat Presenter Berita & Talkshow Teravorit tahun 2014 lalu.
Sebelum dikenal sebagai pembawa acara berita kondang, Jeremy Teti melewati perjalanan hidup yang penuh liku.
Berbincang dengan Helmy Yahya, Jeremy menceritakan masa kecilnya yang dia lewatkan di Atambua (Nusa Tenggara Timur) yang berbatasan langsung dengan Timor Timur (kini Timor Leste).
Ia hidup di tengah peperangan karena Atambua berbatasan langsung dengan Timor Timur.
Sejak kecil, Jeremy melihat langsung konflik berdarah yang terjadi di Timor Timur ketika itu.
Dia juga harus berpindah-pindah sekolah demi keselamatan dirinya.
"Ya kayaknya aku jadi lebih berani deh. Jadinya terbiasa dengan darah, luka, tentara kena tembak segala macam," kata Jeremy.
Selanjutnya demi menggapai pendidikan lebih tinggi, ia kuliah dan bekerja di Yogyakarta.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah di kampung halaman.
Jeremy melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Kartika Bangsa, Yogyakarta.
Ia pernah menjajal kerja sebagai karyawan di bagian administrasi sebuah perusahaan di Yogyakarta.
"Gaji Rp 100.000 tahun 1993. Aku bagian admin. Kuliah jurusan adiminstrasi negara, kerjanya urusan eksim, ekspor impor," ucapnya.
Pekerjaan tersebut membuatnya mengerti tentang semua prosedur cara pengiriman barang ke luar negeri.
Mulai tertarik di dunia penyiaran dan belajar di jurusan ilmu administrasi negara tak mengurungkan niat Jeremy Teti masuk dunia penyiaran atau broadcasting.
Ketika ilmunya dirasa cukup setelah belajar dasar-dasar dari broadcasting melalui beberapa acara yang ada di Surabaya, dia memberanikan diri untuk mendaftar ke berbagai stasiun televisi.
"Aku beranikan diri ngelamar ke semua stasiun TV, ke RCTI, Indosiar, TVRI, SCTV Surabaya," kata Jeremy.
Tidur di terminal bus dan stasiun Jeremy Teti rela keliling naik turun bus dan kereta untuk mendaftarkan diri ke berbagai stasiun televisi.
"Keliling semua naik kereta, turun kereta, naik bus, turun bus, biasalah sambil tidur-tiduran di terminal dan stasiun," tuturnya.
Jeremy Teti akhirnya diterima di SCTV Surabaya setelah mengalahkan ratusan kandidat lainnya.
Perjuangan belum berhenti, Jeremy masih ingin mengejar impian lainnya, yaitu bekerja di Jakarta sebagai seorang presenter berita.
Dia lantas mencoba daftar saat SCTV membuka lowongan untuk news departement tahun 1996. Keinginan dan usaha keras Jeremy Teti akhirnya berbuah manis saat namanya masuk sebagai presenter berita Liputan6 SCTV .
"Akhirnya SCTV buka news Liputan6, daftarlah inisiatif karena cita-citanya pengin kerja di Jakarta," tutur Jeremy Teti.
Berkat pekerjaan sebagai presenter berita, Jeremy Teti merasakan banyak pengalaman.
Dia mengaku pernah dikirim ke puluhan negara untuk meliput berbagai acara.
(Tribunlampung.co.id/Grid.id)