Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Protes terhadap kondisi jalan rusak di Kabupaten Pringsewu berujung dengan perbaikan jalan secara swadaya.
Warga setempat yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Pringsewu Bersatu, telah turun tangan melakukan penambalan jalan secara swadaya di beberapa titik di Bumi Jejama Secancanan.
Namun, bagi sebagian warga, langkah ini seharusnya tidak menggantikan tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan infrastruktur yang layak.
Erika Widiastuti, salah satu warga Pringsewu mengungkapkan keresahannya atas banyaknya kecelakaan yang terjadi akibat jalan berlubang.
Ia menilai, aksi yang dilakukan pemuda yang tergabung dalam aliansi adalah bentuk kekecewaan terhadap lambatnya respons pemerintah dalam menangani masalah ini.
“Awalnya gerakan ini muncul karena masyarakat geram melihat kecelakaan yang terus terjadi. Banyak laporan yang sudah masuk, tapi tanggapan dari pemerintah hanya sebatas ‘akan dikoordinasikan’. Sementara korban terus bertambah,” ujar Erika, Jumat (7/3/2025).
Menurutnya, berdasarkan laporan dari masyarakat, dalam rentang waktu Januari hingga Februari saja sudah ada 10 korban meninggal dunia akibat kecelakaan di jalanan rusak Pringsewu.
“Ini bukan jumlah yang sedikit. Satu nyawa saja seharusnya sudah cukup untuk menjadi perhatian. Kalau terus dibiarkan, ini bisa bertambah,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa aksi ini berawal dari keresahan netizen di media sosial yang melihat banyaknya kecelakaan yang terjadi.
Menurutnya, hal itu yang kemudian memutuskan untuk bergerak jika dalam sepekan tidak ada tindakan nyata dari pemerintah.
“Kami tidak mencari panggung atau ingin menyudutkan siapa pun. Kami hanya ingin jalan yang layak. Ini bukan sekadar aksi protes, tapi solusi sementara untuk mengurangi jumlah korban kecelakaan,” kata Erika.
Para pemuda dan warga yang terlibat dalam aksi ini mengumpulkan dana secara mandiri melalui donasi terbuka.
Mereka juga membentuk grup relawan yang kini sudah beranggotakan lebih dari 200 orang.
“Semua transparan, donasi yang masuk langsung dilaporkan di grup. Ini murni gerakan masyarakat, tanpa tendensi politik apa pun,” tambahnya.
Meskipun aksi pemuda mendapat apresiasi dari Wakil Bupati Pringsewu, Umi Laila yang menyatakan bahwa pemerintah telah melakukan koordinasi untuk mempercepat perbaikan jalan, Erika tetap berharap ada tindakan nyata yang segera dilakukan.
“Kami sudah sering mendengar janji perbaikan, tapi kapan realisasinya, kami butuh tindakan nyata, bukan sekadar apresiasi,” imbuhnya.
“Kami tidak menuntut jalan diaspal dengan kualitas seperti di Jepang. Kami hanya ingin jalan yang tidak membahayakan nyawa. Kalau dana belum ada, setidaknya ada solusi lain yang bisa diambil. Jangan sampai harus menunggu lebih banyak korban jatuh,” pungkas Erika.
Sementara itu, Koordinator lapangan aksi Aliansi Pemuda Pringsewu Bersatu, Tubagus Refadhian Wibisono mengatakan, pihaknya tidak ingin menunggu korban terus berjatuhan.
Sehingga memutuskan turun langsung ke jalan untuk melakukan penambalan secara swadaya di beberapa titik di Pringsewu.
Tubagus menjelaskan, gerakan ini berawal dari koordinasi yang dilakukan pada beberapa hari lalu.
Pihaknya melihat tingginya angka kecelakaan akibat jalan rusak yang ada di Bumi Jejama Secancanan.
“Ya, sehingga kami, yang tergabung di Aliansi Pemuda Pringsewu Bersatu segera bergerak menyusun rencana dan membuat pamflet ajakan aksi,” katanya kepada Tribun Lampung, Jumat (7/3/2025).
“Kami tidak bisa hanya diam dan menunggu, karena hampir setiap hari ada kecelakaan akibat jalan berlubang, ditambah ini menjadi bentuk kepedulian kami sebagai warga Pringsewu untuk berbuat sesuatu,” ujar Tubagus.
Menurutnya, aksi ini dilakukan dengan tiga tujuan utama, yakni sebagai bentuk solidaritas pemuda terhadap meningkatnya jumlah kecelakaan, menunjukkan bahwa pemuda dapat berperan aktif dalam isu sosial, serta mendesak pemerintah agar segera memperbaiki infrastruktur jalan yang rusak.
Tidak hanya melibatkan pemuda, aksi ini juga mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat.
Sejumlah mahasiswa, pengemudi ojek, dan warga sekitar turut serta dalam perbaikan jalan yang dilakukan di beberapa titik rawan kecelakaan.
“Bahkan, dalam aksi ini kami juga tidak membedakan status jalan yang diperbaiki, apakah jalan nasional, provinsi, atau kabupaten,” imbuhnya.
“Selagi ada lubang dan membahayakan pengendara, kami anggap itu tanggung jawab bersama untuk segera diperbaiki,” tambah Tubagus.
Dalam aksi ini, para pemuda menggunakan dana swadaya yang dikumpulkan dari donasi masyarakat. Material yang digunakan berupa semen dan pasir, yang mereka beli sendiri atau didapat dari sumbangan warga.
Sejumlah titik yang sudah diperbaiki antara lain Jalan Lintas Barat, Jalan Ambarawa, Jalan Margodadi, Kecamatan Gading, Kecamatan Pringsewu, dan beberapa ruas jalan di Kecamatan Sukoharjo yang kini sedang dalam proses penambalan.
Selain melakukan perbaikan jalan, pihaknya juga memberikan sosialisasi kepada pengendara tentang bahaya jalan berlubang serta pentingnya kewaspadaan.
“Kami ingin aksi ini juga menjadi peringatan bagi pengguna jalan, bahwa kondisi ini berbahaya dan perlu segera ditangani,” kata Tubagus.
Selain itu, dia menyebut, aksi ini pun mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan instansi terkait.
Balai Jalan Nasional (BJN) telah mulai mengerahkan alat berat ke beberapa titik, terutama di Gadingrejo Timur, sebagai bentuk respons atas gerakan pemuda tersebut.
Selain itu, kata Tubagus Wakil Bupati Pringsewu Umi Laila juga memberikan apresiasi terhadap aksi ini, meskipun belum ada koordinasi langsung dengan pihak aliansi.
“Alhamdulillah, sudah ada reaksi dari BJN, tetapi harapan kami perbaikannya bisa lebih cepat,” harapnya.
“Hal ini karena sebentar lagi masuk musim mudik, jika tidak segera diperbaiki, korban bisa terus bertambah,” ujar Tubagus.
Di media sosial aksi ini menjadi viral, terutama di Instagram, X dan Tiktok, Tubagus menegaskan bahwa gerakan ini bukan untuk mencari popularitas atau simpati netizen.
“Kami tidak terlalu memperhatikan komentar netizen, baik yang positif maupun negatif, yang jelas, aksi ini adalah bentuk kontribusi nyata kami untuk masyarakat di Pringsewu. Kami tidak mencari sensasi, kami mencari solusi,” tegasnya.
(Tribunlampung.co.id/ Oky Indrajaya)