Berita Terkini Nasional

Pengakuan Mengejutkan Dita, Tetangga Pasutri yang Tewas di Depan 2 Anaknya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KORBAN KERAP MENANGIS: Foto ilustrasi, garis polisi. Pengakuan mengejutkan Dita (33), tetangga pasangan suami istri alias pasutri, yang ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya. Dita menyebut, jika tetangganya, yang perempuan, kerap menangis. Namun, Dita mengaku tak pernah mendengar ada suara keributan dari rumah mereka. Diketahui, Lusi Pebiani dan suaminya, Bagus, ditemukan bersimbah darah di dalam rumah mereka di Perumahan Lemahmulya Indah, Desa Lemahmulya, Kecamatan Majalaya, Karawang, Jawa Barat pada Kamis dini hari, 12 Juni 2025.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Karawang - Pengakuan mengejutkan Dita (33), tetangga pasangan suami istri alias pasutri, yang ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya.

Dita menyebut, jika tetangganya, yang perempuan, kerap menangis. Namun, Dita mengaku tak pernah mendengar ada suara keributan dari rumah mereka.

Meski demikian, Dita mengungkap, korban perempuan bernama Lusi Pebiani (24) pernah bercerita kepadanya jika ia baru saja mengalami KDRT dari sang suami yang diketahui bernama Bagus.

Diketahui, Lusi Pebiani dan suaminya, Bagus, ditemukan bersimbah darah di dalam rumah mereka di Perumahan Lemahmulya Indah, Desa Lemahmulya, Kecamatan Majalaya, Karawang, Jawa Barat pada Kamis dini hari, 12 Juni 2025.

Sekitar pukul 01.30 WIB, teriakan minta tolong memecah kesunyian, berasal dari rumah pasangan muda, Lusi Pebiani (24) dan suaminya, Bagus.

Dita (33), seorang tetangga yang terbangun karena suara itu, tak pernah menyangka malam itu akan mengubah hidup seorang anak kecil yang baru berusia lima tahun.

“Saya dengar suara Lusi teriak minta tolong, ada tangisan juga. Suaranya panik. Saya langsung telepon Bu RT,” kata Dita saat ditemui, suaranya masih berat menahan syok.

Ketua RT dan petugas keamanan perumahan langsung menuju lokasi.

Warga sempat mengira rumah itu disatroni maling.

Tapi tak satu pun yang menyangka bahwa saat pintu dibuka, seorang anak kecil berdiri di sana, wajahnya penuh tangis.

“Yang buka pintu anaknya, masih lima tahun. Sambil menangis dia bilang, ‘Mama aku meninggal, papa aku meninggal.’ Saya langsung lemas,” ujar Dita.

Darah di Mana-mana

Begitu masuk ke dalam rumah, warga langsung terperangah.

Di dalam kamar, tubuh Bagus ditemukan bersimbah darah. Ada luka parah di pergelangan tangannya.

Tak jauh dari situ, Lusi tergeletak tak bernyawa. Bayi mereka yang baru berusia lima bulan ditemukan tengkurap di sisi lain kamar.

“Darah banyak banget di dalam. Bagus berdarah parah, luka di tangannya."

"Tubuh Lusi juga ada, tapi saya enggak terlalu berani lihat,” kata Dita dengan suara bergetar.

Polisi yang datang tak lama kemudian langsung memasang garis polisi dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Dugaan sementara, peristiwa tragis ini dipicu penganiayaan dalam rumah tangga.

Rumah yang Sepi, Konflik yang Tersembunyi

Selama ini, Lusi dan Bagus dikenal sebagai pasangan yang tertutup.

Mereka jarang bersosialisasi dengan tetangga.

Sesekali terlihat saat membeli jajanan atau kebutuhan rumah tangga.

Bagus diketahui memiliki usaha toko aksesori.

Namun, di balik ketenangan rumah itu, ternyata tersimpan ketegangan.

Dita mengaku dalam dua hingga tiga bulan terakhir, kerap mendengar pertengkaran dari rumah mereka.

“Enggak sering ribut keras sih, tapi istri sering nangis. Suaminya enggak pernah terdengar ngomel, tapi Lusi pernah cerita pas suaminya mabuk, dia pernah ditendang,” ungkap Dita.

Malam sebelum kejadian, sekitar pukul 20.30 WIB, Lusi masih sempat membeli kudapan ke rumah Dita.

Namun, matanya sembap, seperti habis menangis. Saat itu, Bagus juga ada di rumah, namun Dita tak berani menanyakan lebih jauh.

“Dia enggak cerita apa-apa, cuma kelihatan banget kalau habis nangis. Tapi saya nahan diri buat nanya,” katanya.

Polisi Masih Menyelidiki

Hingga saat ini, polisi masih mendalami motif dan penyebab pasti kejadian.

Kapolsek Majalaya, Iptu Dede Komara, belum memberikan keterangan lebih lanjut dan meminta awak media menghubungi pihak Humas Polres Karawang.

Namun, hingga berita ini diturunkan, Kasi Humas Ipda Solihin belum memberikan jawaban.

Sementara itu, anak-anak pasangan tersebut, termasuk bayi lima bulan yang ditemukan dalam kamar, kini mendapat perhatian khusus dari warga dan pihak berwenang.

Belum diketahui siapa yang akan merawat mereka ke depannya.

Luka yang Tak Terlihat

Di balik garis polisi dan kamar yang dipenuhi darah, luka paling dalam mungkin justru tak kasat mata: trauma seorang anak yang harus menyaksikan dua orang tuanya meregang nyawa di hadapannya.

“Dia yang buka pintu, dia yang bilang orang tuanya meninggal. Bayangin, umur lima tahun harus lihat semua itu,” ujar Dita pelan, sambil mengusap matanya.

Karawang kehilangan dua nyawa dalam satu malam.

Tapi yang paling memilukan adalah hilangnya rasa aman dan kasih sayang dari kehidupan seorang anak yang bahkan belum mengerti sepenuhnya apa arti kehilangan.

Baca juga: Geger Mama Muda Tewas di Depan Bayinya, Suami Ditemukan Dalam Kondisi Kritis

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / TRIBUNJATENG.COM )

Berita Terkini