Berita Terkini Nasional

Anak Tukang Bakso Jadi Lulusan Terbaik IPDN, Sang Ibu Berpesan Suwandi Jangan Lupa Salat 5 Waktu

Editor: Teguh Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LULUSAN TERBAIK - Suwandi (22) menjadi lulusan terbaik IPDN Angkatan XXXII saat diwawancara Tribun Jabar.id di IPDN Kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (28/7).

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Namanya Suwandi. Pemuda kelahiran Pasarwajo, 2 Desember 2003 itu baru saja resmi dilantik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.

Bukan sekadar lulus, Suwandi bahkan dinobatkan sebagai lulusan terbaik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Angkatan ke-32 tahun 2025.

Suwandi bukanlah anak yang memiliki banyak privilege untuk menjadi lulusan terbaik dengan IPK tertinggi yakni 3,87 di angkatannya.

Ia bukan dari keluarga kaya.

Ayahnya adalah seorang tukang bakso yang berjualan di sekitar rumahnya di Pasarwajo, sebuah kecamatan di pelosok Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

"Alhamdulillah sebelumnya tidak menyangka. Karena saya dari daerah yang cukup jauh, bukan dari daerah yang kota. Namun bisa survive, bisa mencapai nilai tertinggi IPDN angkatan 32," kata Suwandi usai pelantikan lulusan IPDN sebagai ASN di Kampus Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Senin (28/7/2025).

Perjalanan Suwandi menjadi lulusan terbaik IPDN tidaklah mudah.

Ia memulai perjalanannya menjadi praja IPDN pada tahun 2021, tepat saat pandemi Covid-19 masih melanda. 

Untuk mengikuti seleksi, ia harus menempuh perjalanan laut selama 6-8 jam dari Buton ke Kendari.

Namun segala keterbatasan tak menyurutkan semangatnya.

“Nilai seleksi kemampuan dasar (SKD) saya saat itu 446, peringkat 9. Saat pantukhir, saya berhasil meraih posisi ketiga tingkat provinsi dan dinyatakan lulus IPDN,” ujarnya.

Dengan semangat dari dalam diri serta dukungan luar biasa dari orang tua, Suwandi mampu bertahan dan bahkan unggul dari ribuan rekan-rekannya.

Ia mengambil Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik dan menyelesaikan pendidikan dengan predikat terbaik.

Suwandi mengaku keberhasilannya sangat dibantu oleh peran kedua orang tua.

“Orang tua sangat berperan. Mereka selalu mendukung secara moral, spiritual, dan juga material. Bahkan mereka selalu mengingatkan saya untuk tidak meninggalkan salat dan terus berdoa,” tuturnya.

Sang ayah, Samin (58) mengaku sangat bangga dengan keberhasilan anaknya tersebut.

Kerja kerasnya untuk memenuhi kebutuhan hidup serta pendidikan ternyata berhasil.

Ia bekerja keras dengan berjualan bakso sejak Suwandi duduk di kelas dua SMP.

“Saya dan istri bantu jualan bakso untuk biaya sekolah anak. Alhamdulillah sekarang dia jadi lulusan terbaik IPDN,” imbuh Samin.

Wamersi, Ibu dari Suwandi tak kuasa menahan haru saat menyaksikan putranya mendapat penyematan langsung dari Mendagri Tito Karnavian.

Ia selalu mendoakan anaknya tersebut agar dapat menjalani pendidikan dengan lancar.

"Pokoknya saya bilang jangan lupa berdoa, sembahyang 5 waktu sehari semalam jangan lupakan," kisah sang ibu yang hadir mendampinginya saat upacara pelantikan.

Ibunya pun mengungkapkan amalan yang dilakukannya sehingga sang anak dapat menjadi lulusan terbaik.

"Sering berdoa, sering salat tahajud, sering ber-sholawat fajriyah," jawab sang ibu.

Wamersi berpesan kepada Suwandi untuk tetap sederhana dan tidak sombong meskipun menjadi lulusan terbaik. "Semoga berbakti kepada orang tua, tidak sombong dan rendah hati," pungkasnya.

Tanpa Orang Tua

Selain Suwandi, praja lain yang kemarin juga dinobatkan sebagai lulusan IPDN adalah Ayu Mey Wulandari (24).

Sama seperti Suwandi, ia juga bukan berasal dari keluarga kaya atau terpandang.

Bahkan saat kelulusannya kemarin, tak ada ayah dan ibu yang ikut mendampinginya.

Namun, Ayu tetap berdiri tegak, bahkan menjadi kebanggaan karena merupakan satu dari 10 lulusan terbaik IPDN angkatan 32.

“Ayah saya meninggal tahun 2021, Ibu saya sudah lebih dulu berpulang tahun 2017,” kata Ayu dengan mata berkaca kaca.

Ayu, lulusan asal pendaftaran Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, adalah contoh bukan hanya kuat dalam disiplin dan prestasi melainkan juga ketabahan.

Dengan dukungan moril saudara kandung ia berhasil lolos seleksi dan menjadi salah satu lulusan terbaik.

"Jadi walaupun tanpa dukungan dari orangtua, sejauh ini saya bisa bertahan di IPDN masih ada adik saya, masih ada keluarga, masih ada rekan-rekan wisma yang membantu sampai sekarang ini," katanya.

Meski menjalani perjuangan besar tanpa bisa menyandarkan diri pada pundak orang tua, Ayu yang merupakan kelahiran 27 Mei 2001 bercerita sang adik sangat memberikan dukungan.

Adiknya bahkan sempat mengambil cuti kuliah demi membantu biaya Ayu menyelesaikan pendidikan.

Ada juga bantuan dari purna praja dan keluarga rekan-rekannya.

Tapi tetap, tak ada yang bisa menggantikan pelukan seorang ibu atau doa langsung dari ayah.

"Adik saya sempat cuti kuliah 1 tahun untuk membantu pembiayaan saya kuliah selama di semester 7, 8 selanjutnya adik saya ada juga purna saya membantu dimulai tahun 2023 dan juga ada dari beberapa rekan saya, beberapa dari orangtuanya membantu saya selama di sini," katanya.

Ayu mengaku sangat ingin berbagi kebahagiaan bersama orang tuanya.

Ketika ditanya apa yang ingin ia sampaikan jika orang tuanya ada di hari kelulusannya, Ayu kembali meneteskan air mata.

"Untuk ayah ibu, alhamdulillah ayah ibu di sini terima kasih untuk seluruh pengorbanannya selama 20 tahun mendidik saya, membina saya menjadi seorang yang berguna. Terima kasih bahwa ternyata selama 20 tahun itu membawa bekal bagi saya untuk dapat menjalani hidup yang keras ini dan mampu menyelesaikan tugas saya belajar di lembaga tercinta ini," katanya dengan suara parau.

Setelah lulus, Ayu mengaku tidak memiliki banyak keinginan dan tuntutan.

Sebagai lulusan IPDN ia siap ditugaskan di manapun di wilayah Indonesia.

"Untuk rencananya saya akan mengikuti sesuai dengan peraturan bagaimana ditempatkan nantinya, mungkin nanti jam 2 akan diumumkan. Jadi saya siap ditempatkan dimanapun," pungkasnya.

Sementara itu Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang kemarin melantik para IPDN menjadi ASN meminta para alumni IPDN untuk menjalankan tugas secara profesional dengan tetap berpegang teguh pada keilmuan.

Ia menekankan pentingnya alumni IPDN untuk memiliki kemampuan berpikir ilmiah yang didasarkan pada data valid dan teori-teori yang telah teruji

Tito Karnavian menjelaskan, alumni IPDN tidak hanya dididik untuk menjadi praktisi di bidang pemerintahan, tetapi juga seorang saintis.

Oleh karena itu, alumni IPDN diberikan gelar akademik.

Tito Karnavian berpesan agar alumni IPDN yang merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat bekerja berdasarkan keilmuan, termasuk dalam menyusun kebijakan.

“Oleh karena itulah, selama empat tahun dididik di IPDN ini adik-adik yang dilantik ini harus siap dengan kemampuan sebagai seorang praktisi di lapangan, tapi juga memiliki kemampuan intelektual sebagai ilmuwan dengan kemampuan metodologi yang diajarkan,” pungkas Tito.

(tribun network/fik/dod)

 

Berita Terkini