Tribunlampung.co.id, Bogor - Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto jadi korban jatuhnya pesawat latih di Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/78/2025) pagi.
Saat kejadian, dia bertindak sebagai pilot, sementara co-pilot Roni yang mengalami luka berat.
Sebelumnya, Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto pernah menerbangkan F-16 Falcon 1 bersama Kapten Ian.
Momen itu terjadi dalam insiden Bawean pada 3 Juli 2003.
Kepergian Marsekal Pertama TNI Fajar Adriyanto meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar TNI Angkatan Udara, para sahabat, dan semua yang pernah mengenal sosoknya.
Ia bukan sekadar penerbang tempur atau pejabat militer, melainkan juga panutan yang selalu menginspirasi lewat dedikasi dan kerendahan hatinya.
Di mata para sahabat, almarhum dikenal sebagai pribadi hangat, rendah hati, namun tegas dalam prinsip.
Sosok pemimpin yang tidak hanya memberi arahan, tapi juga hadir sebagai inspirator.
“Beliau adalah figur yang tidak pelit ilmu. Selalu terbuka berbagi informasi dan wawasan, terutama soal strategi pertahanan udara,” ungkap pengamat pertahanan Iwan Septiawan, Minggu (3/8/2025).
Marsma Fajar Adriyanto adalah mantan Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispensau) yang dikenal inovatif.
Lewat tangan dinginnya, platform komunikasi TNI AU berkembang pesat, termasuk Airmen AU yang hadir dalam bentuk radio dan media sosial.
Inisiatif ini menjadikan TNI AU lebih dekat dengan publik dan terbuka secara informasi.
Tak hanya itu, ia juga dikenal sebagai pembina Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI), serta tokoh di balik film patriotik Srigala Langit—film yang mengangkat kisah juang para prajurit udara dan membangkitkan semangat nasionalisme.
Salah satu kiprah heroiknya yang dikenang luas adalah saat insiden Bawean pada 3 Juli 2003.
Ketika itu, Kapten Fajar, yang menerbangkan F-16 Falcon 1 bersama Kapten Ian, terlibat manuver udara berbahaya dengan dua jet tempur F-18 Hornet milik militer Amerika Serikat yang melanggar wilayah udara Indonesia.
Dalam situasi genting tersebut, Falcon 1 berada dalam posisi terancam karena F-18 mengambil formasi menyerang. Falcon 2 yang diawaki Kapten Tonny dan Kapten Satriyo segera mengambil peran sebagai support fighter.
Meski tensi tinggi, Fajar dan tim menunjukkan sikap profesional dan berhasil menghalau pelanggaran tersebut tanpa bentrokan.
Aksi ini hingga kini dikenang sebagai simbol keberanian dan ketegasan TNI AU dalam menjaga kedaulatan udara.
Kronologi Singkat
Radar sipil-militer di Bali mendeteksi pergerakan pesawat asing tanpa izin di wilayah udara Indonesia.
Pesawat tersebut terbang di ketinggian 15.000–35.000 kaki dengan kecepatan 450 knot, dan tidak berkomunikasi dengan ATC lokal.
TNI AU mengirim dua F-16 dari Lanud Iswahjudi, masing-masing diawaki oleh:
TS-1602: Mohamad Tony Harjono & M. Satrio Utomo
TS-1603: Ian Fuady & Fajar Adriyanto (callsign: Red Wolf)5
Terjadi penguncian radar dan manuver elektronik antara F-16 dan F/A-18 selama beberapa menit, namun tidak sampai pada kontak senjata.
Karier Militer Marsma Fajar di TNI AU:
Penerbang tempur F-16 Fighting Falcon
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) (2019–2020)
Kapuspotdirga dan Aspotdirga Kaskoopsudnas
Kapoksahli Kodiklatau sejak Desember 2024
Kondisi pesawat baik
Pesawat latih milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) yang jatuh di Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat, Minggu pagi, 3 Agustus 2025, disebut dalam kondisi baik.
Pesawat ringan jenis olahraga dengan nomor registrasi PK-S216 itu lepas landas dari Lanud Atang Sendjaja, Bogor, sekitar pukul 09.00 WIB untuk menjalani latihan rutin.
Tak lama setelah mengudara, pesawat dilaporkan berputar-putar rendah di atas Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, sebelum akhirnya jatuh di ladang dekat Tempat Pemakaman Umum Astana.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI I Nyoman Suadnyana, menyatakan bahwa pesawat telah melalui prosedur pengecekan sebelum terbang.
“Pesawatnya bagus, selesai sebelum terbang dicek bagus,” ujarnya.
Namun, tak sampai satu jam setelah lepas landas, pesawat menghantam tanah dengan suara gemuruh yang terdengar hingga pemukiman warga.
“Saya lihat pesawat itu miring, coba naik lagi, tapi tiba-tiba jatuh,” kata Enjat Sudrajat, warga yang menjadi saksi mata.
Baca juga: Kiprah Heroik Marsma Fajar Adriyanto, Penerbang F-16 yang Halau Jet Tempur AS di Insiden Bawean
(Tribunlampung.co.id/Tribunnews.com)