Rahasia Arya Daru Dibongkar Ayahnya, Sempat Frustasi Saat Pulang dari Kanada

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KOLASE FOTO - Kolase foto, Subaryono (70, kiri), ayah diplomat muda Arya Daru Pangayunan (37, kanan). Ayah kandung Arya Daru Pangayunan, Subaryono, membongkar satu rahasia dari putranya, setelah lebih dari satu bulan kepergian sang diplomat muda. Ternyata, Arya Daru sempat mengenyam pendidikan di Kanada. Kala itu, Subaryono mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya master dan doktoralnya di Kanada.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Ayah kandung Arya Daru Pangayunan, Subaryono, membongkar satu rahasia dari putranya, setelah lebih dari satu bulan kepergian sang diplomat muda.

Ternyata, Arya Daru sempat mengenyam pendidikan di Kanada. Kala itu, Subaryono mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya master dan doktoralnya di Kanada.

Subaryono menceritakan sosok asli Arya Daru yang tak banyak diketahui orang mulai dari kecil sampai meninggal dunia. Cerita tersebut disampaikan Subaryono di depan awak media setelah nyaris satu bulan bungkam soal kematian Arya Daru.

Seperti diketahui, Arya Daru ditemukan tewas misterius dengan kondisi kepala terlilit lakban kuning di kamar kosannya pada 8 Juli 2025 lalu. Penemuan jasad Arya Daru pun menyita perhatian satu Indonesia.

Terlebih pihak kepolisian resmi mengumumkan kematian Arya Daru yang sempat dianggap janggal. Penyidik Bareskrim Polri menyebut kematian Arya Daru tidak melibatkan pihak lain. Artinya, Arya Daru diduga tewas karena mengakhiri hidupnya sendiri.

Meskipun telah mengurai kesimpulan tersebut, polisi masih membuka kesempatan untuk penyelidikan lebih lanjut terkait kematian Arya Daru jika ada bukti baru.

Curhatan ayah Arya Daru

Dikutip Tribunlampung.co.id dari TribunnewsBogor.com, lebih dari satu bulan berlalu, ayah Arya Daru akhirnya muncul di depan publik. Di depan awak media, Subaryono mengurai curhatan pilu soal sosok Arya Daru. Diungkap Subaryono, Arya Daru merupakan anak satu-satunya yang ia miliki.

Perjuangan Subaryono dan sang istri, Titi Sulastri untuk memiliki anak sungguh berat. Hingga di tahun 1986, lahirlah Arya Daru sebagai anak kandung dari Subaryono dan Titi Sulastri. Lahir di Yogyakarta, Arya Daru diajak sang ayah menetap di Kanada di usia dua tahun.

Kala itu Subaryono mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya master dan doktoralnya di Kanada. Alhasil di tahun 1988 dan 1991, Arya Dari diajak tinggal dan bersekolah di Kanada.

"Daru bergabung dengan kami (saya dan istri), waktu itu berangkat sudah kelas 2 dan kemudian dia sekolah di Kanada. Di situlah dia berkembang," ungkap Subaryono.

Di Kanada, Arya Daru yang masih berusia belia pun tumbuh dengan pendidikan terbaik. Dikenang Subaryono, Arya Daru kecil sudah mampu menerapkan didikan baik di sekolah Kanada.

"Saya merasa bahwa apa yang Daru sekarang itu apa yang dia peroleh salah satunya pendidikan di sana. Di mana tata cara kehidupan yang baik itu diajarkan, manners, sopan santun. Mereka ajarkan dan Daru menerapkan itu, ada values di situ," kata Subaryono.

Selain dikenal sopan sejak kecil, Arya Daru juga mahir berbahasa Inggris. Hal itulah yang disyukuri oleh Subaryono.

"Ada benefit yang dia peroleh dari situ yang saya ajak ke sana (Kanada), dia mampu berbahasa inggris lebih baik daripada saya. Karena anak-anak kan berkembang di situ," pungkas Subaryono.

Setelah tiga tahun menetap di Kanada, Arya Daru pun kembali ke Indonesia. Di momen itulah kata Subaryono, Arya Daru mendapatkan ujian hidup untuk pertama kalinya.

"Kami pulang, kembali ke Jogja. Dan Daru memulai kehidupan baru di Jogja yang harus beradaptasi dari berbahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia dengan sistem pendidikan yang sangat berbeda pada waktu itu. Masih zaman pak Harto, setiap murid sekolah harus menghafal P4 pada waktu itu," ujar Subaryono.

Saat masuk sekolah dasar di Indonesia, Arya Daru sempat merasa frustasi. Hal tersebut karena Arya Daru tak terbiasa menghafal pelajaran. Saat itu Subaryono dan sang istri lah yang menguatkan Daru agar mau beradaptasi. Hingga akhirnya Daru berhasil menyesuaikan diri dan jadi murid paling berprestasi.

"Dia (Daru) sangat frustasi pada waktu itu. Karena dia tidak menerima pendidikan semacam itu (di Kanada) tapi lebih pada hal-hal kebaikan apa, bukan menghafal kata demi kata. Tapi dia bertahan dan kami terangkan bahwa 'ini sebentar saja kamu akan terbiasa'. Dia menurut untuk itu. Dia masuk di SD Serayu, dia berprestasi sehingga bisa masuk SMP bagus di Jogja," ungkap Subaryono.

Prestasi Arya Daru kian benderang setelah masuk SMA. Subaryono sangat bangga karena Arya Daru berhasil jadi sosok sopan, cerdas dan pandai bergaul.

"Dia berpikir apakah masuk SMA favorit, kita berembuk, akhirnya dia masuk SMA Muhammadiyah 1 Jogjakarta. Di situ dia mulai berani melawan arus, memilih jalannya dia. Pada waktu itu semua ingin masuk ke sekolah IPA, tapi dia memilih sosial. Dia menonjol di kelas itu, dia seleksi pertukaran mahasiswa se-Asean, Daru terpilih untuk itu, mulai dari SMA dia mulai berkenalan dengan dunia internasional, bergaul," pungkas Subaryono.

Meskipun anak tunggal, Arya Daru kata Subaryono adalah sosok anak yang tidak menyusahkan. Arya Daru terbiasa mandiri sejak kecil.

"Jadi dia meskipun anak tunggal, dia tumbuh menjadi mandiri, dia bukan anak tunggal yang cengeng merengek minta sesuatu, dia akan tunjukkan apa prestasi dia, itu yang saya amati dari kecil, jadi dia pekerja keras sesuai passion dan dia tidak menuntut siapapun untuk menghargai dia," imbuh Subaryono.

Dari sifat dan perangai sang putra dari kecil itulah yang meyakini Subaryono bahwa Arya Daru tak mungkin meninggal dunia karena perbuatannya sendiri.

Berita selanjutnya Kejanggalan Temuan Jasad Brigadir Esco, Warga Tak Mencium Ada Bau Busuk

Berita Terkini