Orangtua Perlu Waspada, Ini Penyebab Remaja Menjadi Hedonis

Saya mau tanya, mengapa kebanyakan remaja lebih menyukai kehidupan yang senang-senang atau berfoya-foya

Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Ridwan Hardiansyah
Net
Ilustrasi 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Yth Psikolog. Saya mau tanya, mengapa kebanyakan remaja lebih menyukai kehidupan yang senang-senang atau berfoya-foya, serta cenderung berlaku negatif daripada berperilaku positif? Padahal sebenarnya, mereka mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.

Terima kasih atas penjelasannya.

Pengirim: +6285292324xxx

Pengaruh Buruk Globalisasi

Sejalan dengan era globalisasi saat ini, sedikit banyak memengaruhi kehidupan remaja yang menjadi semakin hedonis, yaitu kehidupan yang lebih mementingkan materi atau kebendaan. Misalnya, remaja banyak yang memiliki gadget (gawai) mahal, nongkrong di kafe-kafe mahal, dugem, berpakaian bagus, ke salon untuk perbaikan penampilan, dan lain-lain. Kesemuanya itu menggunakan uang milik orangtua karena mereka belum mandiri.

Dengan semakin majunya teknologi, hal itu membuat remaja lebih mudah mengakses informasi dalam sekejap. Sehingga, baik buruknya informasi, itu sangat tergantung kepada remaja itu sendiri.

Dampak buruk dari perilaku hedonis membuat remaja mudah bersentuhan dengan hal-hal yang berbau kriminal, misalnya narkoba, seks bebas, atau tawuran. Bagi mereka, hal-hal tersebut sudah menjadi tren. Sehingga, remaja tidak peduli dengan dosa atau bahaya. Karena, tujuan utama adalah kesenangan yang nyata.

Faktor remaja menjadi hedonis antara lain:

1. Faktor keluarga. Orangtua merupakan role model yang pertama dan utama dalam keluarga. Apabila orangtua berperilaku kasar, bengis, suka menuntut, mengomel, banyak tuntutan, atau justru membiarkan anak, maka wajar jika anak menjadi kurang ajar dan tidak bisa diatur.

2. Pergaulan dengan teman dan lingkungan. Remaja yang sering bergaul dengan orang yang seenaknya sendiri, cenderung akan memiliki perilaku yang tidak jauh berbeda dengan teman dekatnya. Untuk itu, orangtua idealnya memberi rambu-rambu kepada anak untuk mampu memilih teman dekat, supaya perilakunya menjadi baik.

3. Media massa, misalnya internet atau televisi, yang memiliki kontribusi untuk pembentukan perilaku anak. Jangan sampai budaya kekerasan diinternalisasi anak. Sehingga tanpa merasa malu, anak bicara kasar di depan banyak orang, berlagak seperti orang kaya dengan menghambur-hamburkan uang, tidak memiliki kepekaan karena logikanya menjadi tumpul.

4. Faktor egoisme pada diri seseorang. Biasanya, orang yang sombong cenderung ingin pamer dan melakukan persaingan yang tidak sehat, sehingga cenderung menindas orang lain supaya dirinya kelihatan hebat.

5. Memiliki pandangan materialis yang cenderung ingin mengumpulkan banyak harta dengan cara apapun, tidak peduli baik atau buruk.

6. Kepribadian yang tidak matang dan cenderung kekanak-kanakan, sehingga sulit untuk mengerti dan memahami orang lain.

Retno Riani MPsi
Psikolog

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved