3 Bulan Waktu yang Dibutuhkan Layla Ninda Gembeleng Pengrajin Tapis

3 Bulan Waktu yang Dibutuhkan Layla Ninda Gembeleng Pengrajin Tapis . . . . . . .

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: soni
Layla Ninda pemilik Ninda Art Shop 

Laporan Reporter Tribun Lampung Jelita Kinanti

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tapis dikenal memiliki keindahan dan nilai seni yang tinggi. Itu semua berkat keahlian dari para perajin tapis. Namun keahlian itu tidak didapat begitu saja. Mereka sebelumnya telah dilatih oleh para pengusaha tapis. 

Baca: (VIDEO) Dua Peserta Demo Masak Memeluk Chef Billy Kalangi

Salah satu pengusaha tapis itu adalah Layla Ninda. Pemilik Ninda Art Shop itu mengatakan, ia sudah melatih para pengrajin sejak tahun 1998. Rata-rata satu pengrajin bisa mendapatkan pelatihan  darinya selama 1-3 bulan. Pelatihan yang diberikan adalah membuat sasap untuk yang pertama, tahap selanjutnya adalah membuat motif-motif kecil, dan tahap yang terakhir adalah motif yang rumit.

Setelah dilatih ada yang langsung mahir membuat tapis dengan rapi. Tapi ada juga yang belum mahir dan masih berantakan. Untuk yang belum mahir ini tidak ia berhentikan sebagai pengrajin. Tetap ia pekerjakan sebagai pengrajin dengan motif kecil yang tidak begitu kelihatan.

Baca: Pelaku Penggelapan Dikabarkan Tertangkap, Ini Respons Kapolresta dan Korban

"Selama saya bermitra dengan pengrajin ini banyak kendala yang saya hadapi. Seperti, pengrajin yang tidak bisa bermitra lagi karena akan bekerja ditempat lain, sehingga saya harus melatih pengrajin lagi. Kemudian saya juga pernah ditipu oleh pengrajin. Jadi saya sudah kasih banyak bahan dan benang untuk dijahit, tidak tahunya malah dibawa pergi dan dia menghilang," kata Layla.

Menurut Layla sampai sekarang ia sudah bermitra dengan 20 pengrajin dan masing pengrajin membawahi pengrajin lain yang jumlahnya bisa 50-100 orang. Para pengrajin itu bertugas untuk membuat tapis sesuai dengan keinginannya. Bahan dan benangnya sudah ia sediakan.

Tapis yang dibuat ada banyak macamnya. Di antaranya ada dress, celana, kaos, sarung, dan lain-lain. Tapisnya ini penjualannya sudah sampai seluruh Indonesia, Australia, dan Jepang. Namun tapisnya ini tidak dikenal begitu saja. Ia harus berjuang memperkenalkannya melalui berbagai pameran dan fashion show, serta promosi dari mulut ke mulut.

"Tapis saya beda dengan tapis lain. Tapis saya benar-benar saya desain sendiri dan tapis ini limited edition. Meskipun saya desain sendiri, tapi saya tidak meninggalkan motif tradisional dari tapis. Sehingga setelah jadi tapis saya menjadi indah, cantik, dan bernilai seni yang tinggi," ujar Layla.
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved