Begini Alasan Mengapa Konsep Berjualan Kopi Beralih dari Gerobak ke Motokopi
Begini Alasan Mengapa Konsep Berjualan Kopi Beralih dari Gerobak ke Motokopi . . . .
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: soni
Laporan Reporter Tribun Lampung Eka A Solihin
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pencetus Motokopi, Adi Cahyadi, menyatakan, jika kebanyakan di Jawa konsep berjualan kopi menggunakan gerobak, kini konsep tersebut dialihkan dengan motor karena akses tempat lebih mudah dan leluasa tanpa mengeluarkan tenaga lebih.
Baca: Umi Pipik Muncul dalam Video Bareng Kalina Ocktaranny, 4 Kejanggalan Ini Ramai Dibahas
"Contoh kalau kita mau jualan ke wilayah pantai yang tempatnya ramai tentunya kalau pakai gerobak akan sulit menjangkaunya dan butuh tenaga lebih. Tapi kalau pakai metode ini tentu lebih mudah dan hemat energi," tuturnya, Senin (27/11).
Baca: Hati-hati, Pemakaian Obat Kumur Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes, Ini Penjelasannya
Biaya-biaya yang seharusnya buat operasional itulah yang nantinya bisa dialihkan, misal ke biaya bensin sehingga lebih hemat. Dampaknya harga jualan kopi bisa lebih murah dari pada yang seharusnya.
"Kita tahu untuk harga sekelas V60 pakai kopi robusta yang biasanya jika di kafe atau kedai dibanderol harga antara Rp 15 ribu - Rp 20 ribu pergelasnya. Pastinya itu dirasa berat terlebih untuk yang belum mengenal ngopi maka kita kenalkan lewat Motokopi ini dulu," terangnya. (eka)