Diteriaki Maling, Siswa SMA Dikeroyok hingga Tewas, Bertahun-tahun Nasib Keluarganya Jadi Begini

Sebelum pergi Nur Jamal masih minta uang lima belas ribu rupiah kepada ibunya yang sehari–hari berjualan tape keliling.

kolase/facebook - Almarhum Nur Jamal 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Akun Facebook Yuni Rusmini menceritakan kisah seorang pelajar kelas II di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Tebingtinggi bernama Nur Jamal, tewas mengenaskan pada Minggu (25/6) yg lalu.

Nur Jamal tewas usai diteriaki maling oleh seorang anggota keluarganya, lalu warga melakukan persekusi hingga dirinya tewas.

Hingga kini, keluarga korban kasus presekusi pelajar berusia 17 tahun itu belum mendapatkan keadilan.

Ayah Nur Jamal, Ngatiman yang bekerja sebagai buruh panggul di pasar ini tak menduga bahwa ia harus kehilangan anak bungsunya.

Anak bungsunya meninggal secara mengenaskan setelah dianiaya dan dihakimi massa atas tuduhan hendak mencuri sepeda motor.

Baca: Heboh Video Semi Dewi Perssik Beredar di Internet, Durasinya 3 Menit

Baca: 2 Cewek Kembar Ini Minta Dinikahi Satu Pria, Syaratnya Hanya Ini Simpel Banget

Baca: Tak Dikawal Naik Pesawat Solo-Surabaya, Anak Jokowi Dibiarkan Delay 3 Jam hingga Kehujanan!

Almarhum Nur Jamal
Almarhum Nur Jamal (facebook)

Peristiwa persekusi yang terjadi di Dusun III Kampung Banten, Desa Paya Lombang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai ini pun masih menyisakan sejumlah misteri.

Begini cerita selengkapnya

"Dilema keadilan bagi rakyat miskin KoRban persekusi hingga tewas.

SEORANG pelajar kelas II di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Tebing Tinggi bernama Nur Jamal, tewas mengenaskan pada Minggu (25/6) yg lalu.

Pelajar berusia 17 tahun itu menjadi korban persekusi yang dilakukan oleh warga usai diteriaki ‘maling’ oleh seseorang yang tak lain adalah masih ada hubungan keluarga dengannya.

Sedihnya, peristiwa itu terjadi tepat di Hari Raya Idul Fitri yang seharusnya hari paling bahagia bagi keluarga muslim di seluruh belahan bumi.

Namun nyatanya hari itu malah menjadi hari paling menyedihkan dan menyayat kalbu bagi keluarga Ngatiman.

Pria berusia enam puluh tahun yang seharinya bekerja sebagai buruh panggul di pasar ini tak menduga bahwa ia harus kehilangan anak bungsunya pada perayaan lebaran 1 Syawal 1438 Hijriah yang jatuh Minggu (25/6) silam.

Halaman
1234
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved