Perang 6 Hari, Mengingat Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel
Pertempuran antara Israel dan Yordania yang dikenal dengan Perang 6 Hari, meletus pada 5 Juni 1967.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pertempuran antara Israel dan Yordania yang dikenal dengan Perang 6 Hari, meletus pada 5 Juni 1967. Perang terjadi setelah pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Israel berhasil menyerbu Mesir.
Kehadiran pesawat-pesawat Israel itu sebenarnya terdektesi oleh radar Yordania. Akan tetapi, tatkala Mesir diberi tahu, transmisi berita penting tersebut tak pernah sampai.
Bagi Yordania sendiri, serbuan pesawat tempur Israel menuju Mesir menandakan dimulainya peperangan. Dua jam kemudian, meriam dan pesawat-pesawat tempur Yordania mulai mencoba menyerang sasaran vital Israel, termasuk ibukotanya, Tel Aviv.
Komandan militer Israel yang bertugas menghadapi front Yordania, awalnya ogah membalas serangan Yordania. Pasalnya, sebagian besar pasukan Israel masih bertempur di front Mesir. Pemerintah Israel pun masih mencoba mengontak pemerintah Yordania. Mereka menegaskan, tiada untungnya pasukan Yordania ikut-ikutan perang.
Namun, pendekatan Israel tak berbuah hasil. Menjelang tengah hari, pasukan Yordania kian merangsek ke wilayah netral, DMZ, di Tepi Barat. Kantor pusat Perserikatan Bangsa-bangsa, Goverment House, yang berada di Kota Yerusalem bahkan sudah dikuasai pasukan Yordania.
Legiun Arab
Dalam operasi serbuan ini, Yordania yang menempatkan kekuatan militernya di Tepi Barat dan Yerusalem ternyata mengerahkan pasukan dalam jumlah besar: 11 brigade. Komposisinya: 55.000 personel, 300 tank, dan ratusan meriam artileri.
Sebanyak 9 brigade yang terdiri dari 45.000 personel, 270 tank, dan 200 meriam disiagakan di kawasan yang paling berdekatan dengan Israel, yakni Tepi Barat. Pasukan yang berada di posisi kunci itu terdiri dari personel yang terlatih baik dan dikenal sebagai Legiun Arab.
Di sisi lain, pesawat-pesawat tempur Yordania turut disiagakan. Termasuk jenis yang sudah modern pada zamannya dan mampu mengimbangi pesawat-pesawat tempur Israel, Mirage III. Pesawat itu adalah Hawker Hunter buatan Inggris sebanyak 24 unit.
Di lain pihak, kekuatan pasukan Israel yang disiagakan di kawasan menghadap Tepi Barat, berjumlah lebih kecil. Hanya 8 brigade yang terdiri dari 40.000 personel dan 200 tank.
Penempatan pasukan Israel di Front Yordania disebar di berbagai tempat strategis. Di antaranya di perbatasan Yerusalem, dengan kekuatan pasukan Brigade Yerusalem dan pasukan tank Brigade Harel.
Pasukan Israel juga disiagakan di kawasan Latrun, yang menghadap Kota Jerusalem dan Ramallah, sebelah utara perbatasan Tepi Barat, serta Lembah Jezreel. Strategi tempur Israel di perbatasan Tepi Barat sebenarnya hanya bermaksud menahan gempuran Yordania.
Namun kenyataannya, pasukan Yordania dengan cepat mengambil alih kantor pusat PBB. Meriam-meriamnya mulai menghantam Tel-Aviv. Pesawat- pesawat tempur Yordania bahkan berani menyerang pangkalan udara Israel.
Strategi tempur Israel di Tepi Barat yang semula hanya bertahan, langsung diubah menjadi serbuan. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan darat Israel yang didukung kekuatan lapis baja dan Angkatan Udara, serentak menyerbu posisi pasukan Yordania.
Pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Israel (IAF) yang baru sukses menghajar Mesir, kini terbang menuju Yordania. Mereka mengebom pangkalan udara Mafrag dan Amman. Sejumlah pesawat tempur Yordania yang belum sempat terbang, hancur terbakar.