Wow, Pertumbuhan Ekonomi Lampung Lebih Baik dari Nasional

Bahkan, Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (5,07%) dan Sumatera (4,30%) tahun 2017.

Penulis: Ana Puspita Sari | Editor: Daniel Tri Hardanto
SHUTTERSTOCK / Kompas.com
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi 

Laporan Reporter Tribun Lampung Ana Puspitasari

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pertumbuhan ekonomi Lampung sepanjang 2017 mencapai 5,17%. Angka itu lebih tinggi dari 2016 sebesar 5,15%.

Bahkan, Lampung lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (5,07%) dan Sumatera (4,30%) tahun 2017.

Kepala Bank Indonesia KPw Provinsi Lampung Budiharto Setyawan mengatakan, membaiknya laju pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 0,02 persen tersebut ke depan masih perlu didorong untuk dapat memberikan momentum yang kuat dalam menciptakan struktur dan sumber pertumbuhan ekonomi Lampung yang lebih seimbang dan mampu menopang pertumbuhan secara berkesinambungan.

Baca: Modal Petani Jagung Rp 8,5 Juta per Ha, Penghasilannya Hanya Segini

Baca: Ini Persyaratan bagi Guru yang Akan Pensiun

Ia menambahkan, ke depan, perekonomian Lampung masih dihadapkan pada sejumlah tantangan dan risiko yang cukup berat baik yang bersumber dari eksternal maupun domestik.

Di sisi eksternal, pertumbuhan beberapa negara mitra dagang Lampung diperkirakan masih tertahan.

Ekonomi China diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan perlambatan investasi terkait kebijakan deleveraging dan pengetatan di sektor properti.

Ekonomi Jepang juga diperkirakan tumbuh melambat karena stimulus fiskal yang terbatas maupun kendala struktural terkait aging population.

"Sementara itu, perbaikan ekspor Lampung secara struktural diperkirakan masih belum dapat dicapai dalam jangka pendek yang cenderung lebih mengandalkan faktor apresiasi harga komoditas," jelasnya dalam keterangan resmi, beberapa waktu lalu.

Di sisi domestik, stimulus fiskal terkait pembangunan infrastruktur dan momen pilkada diperkirakan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Lampung.

Meski demikian, tekanan inflasi ke depan yang bersumber dari gejolak harga pangan (volatile food) dan administered prices terkait kembali meningkatnya harga minyak dunia, masih perlu diwaspadai. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved