Mahasiswi Lampung Juarai Lomba Desain Internasional di Jepang
Para mahasiswa yang ikut dalam kompetisi ini diminta merancang ulang desain perkotaan Yahata, salah satu kota industri di Jepang.
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Eka Ahmad S
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kerja keras mahasiswi asal Lampung bersama tim internasionalnya yang bekerja siang dan malam dalam merancang ulang Kota Yahata, Jepang membuahkan hasil manis.
Rancangan perkotaan yang dicantumkan dalam proposal tersebut menjadi juara pertama kompetisi Asian Institute of Low Carbon Design (AILCD).
AILCD diikuti 98 peserta dari enam negara, yaitu Indonesia, China, Taiwan, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Gelaran yang dibarengkan dengan International Conference and Workshop Low Carbon City Yahata ini diselenggarakan di University of Kitakyushu, Jepang, pada 16-26 Februari 2018.
Para mahasiswa yang ikut dalam kompetisi ini diminta merancang ulang desain perkotaan Yahata, salah satu kota industri di Jepang, yang saat ini masih dianggap sebagai daerah bermasalah. Desain perkotaan tersebut harus sesuai dengan tema, yaitu Low Carbon City Yahata.
Baca: Ikut Lomba Renang, KSAL Juga Terjun ke Selat Sunda
Setelah rancangan desain selesai, selanjutnya para peserta mempresentasikannya di depan juri. "Iya alhamdulillah kerja keras kami tidak sia-sia. Karena, pengerjaannya memang singkat dan diforsir betul selama satu minggu. Bahkan, siang dan malam dikerjakan di kampus," cerita Cahaya Pratiwi, mahasiswi Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung (UBL), Kamis, 1 Maret 2018.
Cahaya mengatakan, ide desain yang diperoleh timnya berdasarkan analisis permasalahan yang benar-benar terjadi pada lokasi. Memahami sejarah, potensial, dan karakter lokasi site. Sehingga setelah diskusi team, mereka mendapat satu kata kunci yang cocok pada kasus Kota Yahata ini, yakni Connecting.
"Bukan desain bangunan yang futuristik ataupun skycrapper. Kami berpikir untuk mengembangkan komunitas dan masyarakat, serta mengoneksikan Yahata," ungkapnya.
Dilihat dari potensi Yahata yang merupakan kota industri sehingga terdapat beberapa pekerja dari negara lain. Oleh karenanya, dibutuhkan ruang guna menyatukan kebutuhan aktivitas mereka, seperti culture center, labor market, ruang terbuka lainnya.
"Dengan menarik potensi dari kebudayaan negara Jepang dan negara lain dapat membuat Kota Yahata ini nantinya menjadi lebih atraktif," katanya.
Baca: Tantangan Peserta Lomba Renang Selat Sunda: Air Dingin Hingga Gelombang Tinggi
Cahaya mengaku sempat khawatir dengan kualitas lawan-lawannya, terutama mereka yang memiliki kemampuan grafik yang sangat bagus serta inovasi desain yang sangat menakjubkan.
"Tapi alhamdulillah, senang karena ide konsep perencanaan tim kami dapat tersampaikan dan membuahkan hasil dengan meraih juara," ujarnya bangga.
Selain Cahaya, UBL juga mengirimkan Gusti Rianggono, Yunita Sari, Sultan Maulana, dan Randika Anky Wijaya. Namun, keempat rekan Cahaya hanya mendapatkan honorable mention (juara harapan).