Perawat Dikeroyok Keluarga Pasien, RS Abdul Moeloek Pilih Tempuh Jalur Hukum

Insiden pengeroyokan diduga karena keluarga pasien marah saat ditegur perawat agar tidak emosional.

Penulis: Romi Rinando | Editor: nashrullah
Ahmad Sapri 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Salah satu perawat di instalasi gawat darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) harus mendapatkan perawatan setelah dianiaya oleh empat orang keluarga pasien di rumah sakit pelat merah tersebut, Selasa (27/3/2018).

Insiden pengeroyokan diduga karena keluarga pasien marah saat ditegur perawat agar tidak emosional.

Baca: Soal Tunggakan Bina Lingkungan Rp 11,8 Miliar, Yusuf Kohar: Makanya Proyek Jangan Banyak-banyak

Baca: Mengenal Kanker Tiroid, Penyakit yang Membunuh Adik Tiri Presiden Soeharto

Baca: Geger! 50 Juta Data Pribadi Pengguna Facebook Bocor Gara-gara Kuis Kepribadian

"Dari awal mereka datang sudah marah-marah. Mereka bawa pasien ke IGD lama, padahal gedung itu masih renovasi, tapi keluarga korban langsung marah," ujar Kepala Ruang IGD RSUDAM, Kriston Riyadi, kepada awak media.

Ia menceritakan, insiden bermula saat keluarga korban mendaftarkan pasien yang kemudian dilakukan pengecekan awal, di antaranya tensi darah.

Namun saat pengecekan awal, suami pasien, YS marah-marah dan kemudian ditegur oleh Ferry, perawat yang bertugas.

"Saat itu pasien sedang dicek, tensi dan lain-lain. Saat ditensi, suami pasien YS ribut dan marah. Kemudian perawat menegur agar tidak emosi, tapi suaminya tidak terima dan langsung memegang kerah baju perawat, dan memukul korban" jelasnya.

Saat YS memukul Ferry, lanjut dia, tiga kerabat pelaku lainnya yang berada di lokasi malah ikut menganiaya korban.

Akibatnya korban mengalami luka memar di bagian wajah dan kepala.

Kepala Bagian Humas RSUDAM Akhmad Sapri membenarkan terjadinya insiden pengeroyokan perawat di RSUDAM.

"Kejadiannnya tadi (Selasa) siang, sudah dimediasi tapi tidak berhasil dan masing-masing pihak sudah melapor ke polisi (Polsek Kedaton)," kata Sapri.

Ia mengatakan, pihak rumah sakit sebenrnaya sudah melakukan pelayanan dengan baik terhadap pasien.

Bahkan pasien sebenarnya tidak masuk ruang IGD tetapi ruang poli karena kondisi pasien bukan gawat darurat, hanya terdapat benjolan di anus.

Sapri mengatakan, pihaknya akan terus melanjutkan permasalahan lewat jalur hukum.

"Hari ini perawat kami dipukul dan dianiaya, kami tidak mau kejadian seperti ini terulang lagi. Karena ini bukan lagi bicara persoalan individu, tapi bicara soal instansi. Kami tidak ingin penyelesaian dengan kekerasan," pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved