Dengan Gaji Rp 500 Ribu, Buruh Cuci Ini Rawat Suami yang Sakit Parah
Asnawati mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengobatan suaminya, ia bekerja sebagai buruh cuci.
Penulis: hanif mustafa | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Asnawati (44) hanyalah seorang buruh cuci. Dengan penghasilan hanya Rp 500 ribu per bulan, ia tetap berusaha sekuat tenaga merawat suaminya, Sabiis (45).
Sabiis, warga Jalan Dr Harun II, Gang Swadaya, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung, mengalami sakit komplikasi. Kondisi tersebut membuatnya hanya bisa tergolek di atas ranjang.
Asnawati mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengobatan suaminya, ia bekerja sebagai buruh cuci.
"Ya mau bagaimana lagi. Suami udah nggak bisa apa-apa. Jadi saya kerja cuci gosok. Gaji cuma Rp 500 ribu hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari,” ungkap Asnawati, Minggu, 1 April 2018.
Saat suaminya menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDAM), Asnawati terpaksa menggadaikan sepeda motor satu-satunya.
Baca: Pasutri Lansia Ini Naik Sepeda Antar Anaknya yang Tak Biasa ke Sekolah Tiap Hari
"Ya mau gimana lagi. Sudah mulai parah komplikasinya. Ya dari batu ginjal, paru-paru, jantung, hingga darah tinggi. Hanya sabar yang bisa kami lakukan,” sebutnya.
Saat menjalani perawatan di Ruang Melati RSUAM selama satu minggu, kata Asnawati, sang suami tak betah. Bahkan, ia sering melantur.
"Selama dirawat itu dia suka menjerit-jerit. Bahkan, ngomongnya sering ngawur. Katanya setan turun semua mendatanginya. Terus dia juga selalu minta pulang. Jadi saya bingung, jadi terpaksa saya bawa pulang," beber Asnawati.
Namun, Asnawati mengaku faktor ekonomi yang membuatnya terpaksa membawa pulang suaminya.
Baca: Lima Tipe Perselingkuhan yang Perlu Anda Ketahui
"Saya itu cuma kerja cuci gosok. Jadi penghasilan nggak cukup untuk bayar kontrakan dan makan sehari-hari. Anak saya ada tiga. Yang dua udah nikah. Kalau dia dirawat di rumah sakit juga kasihan nggak ada yang nunggu," tutupnya.
Selama empat bulan Sabiis (45) hanya tergolek lemah di ranjangnya. Tubuh pria yang dulunya berjualan bubur sum-sum ini makin hari makin kurus kering hingga tinggal tulang karena penyakit komplikasi yang dideritanya.
Sabiis pun tak mampu menopang tubuhnya sendiri. Ia hanya bisa bertahan di rumah kontrakan yang ditempati bersama istri dan anaknya. (*)