Lampung Urutan Kedua Tingkat Pemalsuan Uang di Luar Jawa dan Bali

Kasus pemalsuan uang Lampung tergolong memprihatinkan. Di luar Jawa dan Bali, Lampung menempati peringkat kedua setelah Sumatera Utara.

Penulis: Ana Puspita Sari | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Ana Puspitasari
Direktur Pengelolaan Uang Bank Indonesia Decymus (kedua dari kanan) menjelaskan cara paling mudah kenali uang dengan metode tiga dimensi. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Ana Puspita Sari

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Kasus pemalsuan uang Lampung tergolong memprihatinkan. Di luar Jawa dan Bali, Lampung menempati peringkat kedua setelah Sumatera Utara.

Lampung juga termasuk dalam zona kuning (waspada) terkait peredaran uang palsu. Masyarakat pun diimbau untuk lebih teliti saat bertransaksi sehari-hari.

Direktur Pengelolaan Uang Bank Indonesia Decymus mengatakan, sebenarnya, temuan uang palsu di Lampung masih terbilang kecil, yakni sebanyak 3.533 lembar pada 2017.

Sementara di Jakarta, temuan uang palsu bisa lebih dari 50 ribu lembar. Lalu di Jawa Tengah dan Jawa Timur sekitar 20 ribu lembar. Kemudian di Bali 4.000 lembar.

Baca: All New Ertiga Segera Meluncur di Lampung, Catat Tanggalnya!

"Meski kecil, Lampung masuk peringkat kedua setelah Sumatera Utara (di luar Jawa dan Bali) untuk tingkat pemalsuan uang. Karena ternyata yang berkembang di Lampung tidak hanya pengedar, tapi juga orang-orang yang terbiasa membuat uang palsu,” kata Decymus seusai Pelatihan Pencegahan dan Penanganan terhadap Tindak Pidana Rupiah kepada Aparkum Wilayah Provinsi Lampung di Hotel Horison, Bandar Lampung, Selasa, 8 Mei 2018.

”Walaupun peredaran uang palsunya rendah, dicurigai pembuatan uang palsu ada di sini. Untuk itu, edukasi kepada masyarakat terus ditingkatkan agar tidak menjadi korban uang palsu," tambahnya.

Menjelang pilkada, kata Decymus, bisa menjadi celah bagi pemalsu maupun pengedar uang palsu untuk mengambil kesempatan.

Baca: Selama Mudik, ASDP Siapkan 65 Kapal dan Tambah Tollgate

Secara ekonomi, setiap ada pilkada pasti aktivitas ekonomi meningkat, pertumbuhan ekonomi naik, dan peredaran uang semakin banyak, sehingga bisa diambil celah dari kondisi ini.

"Tapi, bukan berarti pilkada menyebabkan adanya pemalsuan uang. Pemalsu uang ini mengikuti saja,” jelas Decymus.

Menurut Decymus, peredaran uang palsu itu biasanya dilakukan pada malam hari. ”Lampung harus hati-hati. Karena Lampung 75 persen sektor ekonominya adalah pertanian. Di mana banyak petani yang tak terlalu bersentuhan dengan informasi media massa atau belum terpapar sosialisasi BI terkait uang palsu. Inilah yang sangat rentan ditipu uang palsu," imbuhnya.

Baca: Zainudin Naikkan Honor Ketua RT, tapi Ada Syaratnya

Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Lampung Budiharto Setyawan mengatakan, Bank Indonesia terus meningkatkan upaya sosialisasi kepada masyarakat terkait uang palsu. Upaya sosialisasi dilakukan mulai dari anak-anak usia dini (PAUD) hingga mahasiswa.

Dalam hal ini, Bank Indonesia membuka diri untuk menerima kunjungan siswa/mahasiswa tersebut atau sebaliknya, mengunjungi sekolah/perguruan tinggi untuk mengadakan sosialisasi.

"Sosialisasi juga dilakukan hingga ke pelosok bekerja sama dengan tokoh masyarakat serta kepolisian setempat. Kita juga berikan pemahaman kepada masyarakat agar jangan ragu-ragu untuk berdekatan dengan penegak hukum apabila menemukan uang yang diragukan keasliannya," jelasnya.

Baca: Jelang Ramadan, Penyeberangan Bakauheni Masih Normal

Sebagai informasi, temuan uang palsu didapat melalui laporan masyarakat langsung, laporan perbankan dan kerja sama dengan kepolisian.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved