Harga Telur Ayam Melonjak, Pedagang Khawatir Konsumen Lebih Pilih Ayam atau Daging

Pedagang khawatir jika harga telur tetap melonjak dampaknya konsumen beralih membeli komiditi lainnya seperti ayam atau daging.

Penulis: syamsiralam | Editor: Reny Fitriani
istock
Ilustrasi - Telur Ayam 

Laporan Reporter Tribun Lampung Syamsir Alam

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARJAYA - Hampir dua pekan terakhir harga telur ayam ras di sejumlah pasar di Lampung Tengah mengalami kenaikan. Bahkan, kenaikan sudah mencapai Rp 8 ribu per kilogram dari harga semula.

Meski kenaikan telur ayam ras sudah terjadi pasca Idul Fitri lalu, namun demikian lonjakan kenaikan tertinggi baru dirasakan dua pekan terakhir. Kenaikan harga pakan dan kurangnya pasokan dari peternak menjadi alasan utama.

Baca: Yustin Beri Kado Khusus untuk Ultah Gubernur Ridho

"Normalnya (harga telur) hanya Rp 18 ribu sampai Rp 20 ribu per kilogram. Pasca lebaran memang naik lagi menjadi Rp 23 ribu per kilogram. Tapi sudah dua minggu ini naik lagi jadi Rp 28 ribu per kilogram," kata Soleh, pedagang telur ayam ras di Bandar Jaya, Jumat (20/7).

Baca: Bentrok Penggusuran Pasar Griya Sukarame: 2 Warga, 4 Mahasiswa Luka Memar

Pedagang mengatakan, meski rata-rata pasokan telur dari Lampung Tengah, namun saat ini distribusinya berkurang. Rita, pedagang lainnya menjelaskan, kegagalan musim bertelur dan kenaikan pakan ternak menjadi alasan utama melonjaknya harga telur dari tingkat peternak.

"Ya memang dari tingkat peternak pun sudah naik (harga telur). Mereka beralasan hampir merata kenaikan telur ini sampai tingkat nasional. Ditambah lagi harga pakan yang naik dan berkurangnya jumlah panen telur setiap harinya," terang Rita pedagang di Pasar Seputih Raman.

Pedagang khawatir jika harga telur tetap melonjak dampaknya konsumen beralih membeli komiditi lainnya seperti ayam atau daging. Jika hal itu terjadi maka mereka akan mengalami kerugian seperti telur yang membusuk.

Kekhawatiran sejumlah pedagang akan beralihnya konsumsi masyarakat dari telur ke jenis komiditi lainnya memang mendasar. Alasannya, harga ayam dan daging terhitung stabil dan tak mengalami kenaikan.

Untuk ayam potong, saat ini dijual Rp 30 ribu per kilogram. Sementara daging Rp 100 ribu per kilogram.(sam)

Disnak Tak Tahu
Kenaikan harga telur tidak diantisipasi oleh Dinas Peternakan dan Perkebunan (Disnakbun) Lampung Tengah. Dinas justru tak tahu harga telur ayam ras sudah meroket di angka Rp 28 ribu per kilogram.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Disnakbun Lamteng, Supardi, mengaku tidak mengetahui informasi kenaikan harga telur ayam negeri. Alasannya, pihaknya tak mendapatkan laporan apapun terkait kondisi ternak di kabupaten tersebut.

"Tidak ada laporan kepada kami terkait serangan penyakit unggas seperti ayam petelur maupun pedaging. Semua dalam kondisi aman. Kita belum tahu apa penyebab kenaikan harga telur di pasaran," kata Supardi.

Namun begitu, Supardi mengatakan pihaknya akan mencari tahu dan mengupayakan supaya harga telur di Lamteng kembali normal. Pihaknya juga akan mencari tahu penyebab kenaikan kepada peternak yang ada.(sam)

Pelaku Usaha Mengeluh
Pelaku usaha dan rumah makan juga mengeluhkan terkait kenaikan harga telur. Mereka beralasan, meski belum membuat kenaikan harga dagang dan makanan mereka, namun kondisi itu dianggap merugikan.

"Kita mau menaikkan harga, ya karena memang yang lain (bahan pokok) cenderung stabil. Tapi akan beberapa makanan yang menggunakan bahan baku telur, kondisi ini buat serbasalah jadinya," kata Juniar, pemilik warung makan nasi Padang.

Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh pemilik usaha kue dan roti di kawasan Bandarjaya. Mereka mengatakan, memilih menaikkan harga produk jualan mereka.(sam)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved