Kronologi Meninggalnya Bripda M Fathurrahman dengan Rusuk Retak, Diduga Dianiaya Senior
Penyebab meninggalnya anggota Polda Sultra, Bripda Muh Fathurrahman yang diduga dianiaya seniornya mulai terkuak.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KENDARI - Penyebab meninggalnya anggota Polda Sultra, Bripda Muh Fathurrahman yang diduga dianiaya seniornya mulai terkuak.
Pihak Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Kendari telah melakukan visum dan otopsi Bripda Muh Fathurrahman Ismail yang meninggal setelah diduga dianiaya dua orang seniornya, Senin (3/9/2018) dini hari.
Kesimpulan dari dokter menyebutkan bahwa korban meninggal karena luka memar ditambah adanya retak pada tulang rusuk sebelah kiri.
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan jantung akibat trauma tumpul yang keras dan kuat (commutio cordis).
“Hasil visum luar ada luka memar pada dada sebelah kiri, luka memar pada perut bagian bawah,” ungkap Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt dikonfirmasi, Senin (3/9/2018).
Baca: Roy Suryo Komentari Jokowi di Lombok, Acha Septriasa Beri Tanggapan Hebat
Sementara hasil otopsi ditemukan retak pada tulang rusuk sebelah kiri yakni pada tulang rusuk nomor 7.
Kemudian ada kemerahan pada pembungkus jantung dan kemerahan pada permukaan jantung.
Selain itu, terdapat resapan darah pada otot perut bawah.
Namun untuk memastikan kronologis penganiayaan yang menyebabkan kematian bintara muda itu, lanjut Harry,
sekitar pukul 07.45 Wita bertempat di Barak Dalmas Polda Sultra sudah dilaksanakan pra-rekontruksi oleh petugas dari propam yang diperagakan dua senior korban yakni Bripda Z dan Bripda F.
Selain itu, Propam Polda Sultra juga memeriksa saksi-saksi yakni empat personel piket propam, sembilan personel Sabhara, dan satu ahli dari dokter kesehatan.
Informasi yang berhasil dihimpun Kompas.com, insiden maut ini berawal saat korban baru pulang patroli bersama belasan rekannya, Senin (3/9/2018) dini hari sekitar pukul 01.00 Wita.
Dua seniornya yakni Bripda Z dan Bripda F memangil korban bersama belasan rekannya ke barak.
Korban bersama beberapa rekannya disuruh berbaris dalam posisi duduk bertumpu dengan lutut.
Saat itulah, kedua seniornya secara bergantian memukul korban di bagian dada dan perut.
Bripda Muh. Faturrahman Ismail kemudian mengalami sesak nafas dan jatuh tersungkur.