Orangtua Harus Bijak Sikapi Anak Mogok ke Sekolah
Anak mogok ke sekolah mungkin hal tidak diinginkan orangtua atau tenaga pengajar. Kondisi itu terjadi karena ada pemicunya
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: martin tobing
Laporan Wartawan Tribun Lampung Sulis Setia Markhamah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Anak mogok ke sekolah mungkin hal tidak diinginkan orangtua atau tenaga pengajar.
Kondisi itu terjadi karena ada pemicunya contohnya, takut pada guru di sekolah yang dinilai galak.
Psikolog Retno Riani M.Psi mengatakan, yang disebut anak adalah yang berumur dibawah 18 tahun.
Di umur tersebut anak berada dalam masa tumbuh kembang secara fisik dan psikologis.
"Ketika di awal, itu harus ada penerimaan yang baik dari guru. Harus ada kolaborasi antara guru dengan orangtua," beber dosen UIN Lampung ini.
Baca: 6 Makanan yang Memiliki Batas Kedaluwarsa Terlama di Dunia
Semakin meningkat umurnya terus dia, anak harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri. Bagaimana harus menghadapi orang di luar orangtuanya sehingga mampu bertahan dengan baik.
"Misal ketika diberi tugas melebihi kemampuannya dia harus bisa berkomunikasi untuk meminta tolong kepada siapa," kata Retno.
Tetapi idealnya guru juga harus mengetahui kemampuan siswanya.
Tidak bisa dianggap semua sama meskipun sistem pendidikan di Indonesia masih klasikal atau menuntut kemampuan yang setara dari siswa.
"Dalam hal ini kepala sekolah tugasnya membimbing guru supaya memiliki mutu pendidikan," terangnya.
Baca: Tersingkir di China Open 2018, Foto Jonatan Christie Gunting Senar Viral
Kondisi anak yang ngambek tidak mau sekolah harus disikapi orangtua secara bijak. Salah satunya menanyakan baik-baik kepada kepala sekolah dan gurunya. Bukan melabrak.
"Persoalan guru galak memang masih sering terjadi. Cara bicara guru yang tidak pantas dianggap anak galak sehingga membuat anak malas sekolah. Ini perlu pembinaan semua pihak," tuturnya.
Di era saat ini menurut Retno sudah tidak pas lagi guru bersikap galak atau kerap membentak siswa. Karena dengan bersikap seperti itu juga tidak lantas merubah siswa menjadi lebih baik.
Guru harusnya bersikap yang efektif, bagaimana bisa mengelola siswa dengan baik. Sehingga siswa yang bermasalah justru menjadi lebih kooperatif dan adaktif di dalam mengikuti pembelajaran.
Baca: Deretan Kata Sandi Lucu yang Digunakan Para Koruptor Saat Beraksi
Menghadapi siswa dengan latar belakangnya yang berbeda-beda seorang guru harus pandai melakukan pendekatan.
"Ada anak yang mungkin di bawah rata-rata, jadi tidak bisa disetarakan," jelas Retno.
"Ketika nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) tidak bisa terpenuhi maka harus dievaluasi ulang sampai pada saat anak ini masuk sekolah," tukasnya. (*)