Fenomena Prostitusi Online via Media Sosial, Damar: Gawat Online

Damar melihat fenomena pemanfaatan media sosial untuk ladang prostitusi di Lampung sebagai bentuk gawat online.

Penulis: hanif mustafa | Editor: Daniel Tri Hardanto
tribunlampung.co.id/dodi kurniawan
Ilustrasi - Prostitusi online. 

Fenomena Prostitusi Online via Media Sosial, Damar: Gawat Online

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Lembaga Advokasi Perempuan Damar melihat fenomena pemanfaatan media sosial untuk ladang prostitusi di Lampung sebagai bentuk gawat online.

Ketua Tim Advokasi Perempuan Damar Meda Fatinayanti mengatakan, makna prostitusi itu jelas.

"Kalau terjadi (prostitusi) itu ada kedua belah pihak yang menginginkan. Tapi, ada juga yang berkedok prostitusi, padahal sebenarnya masuk ranah trafficking," ungkap Meda, Kamis, 30 Mei 2019.

Namun, kata Meda, harus dilihat duduk perkaranya terlebih dahulu, seperti apa dan bagaiamana latar belakang prostitusinya.

"Kalau kami melihat prostitusi (online) itu sepanjang dia memang ada keinginan dan ada dua belah pihak," ucapnya.

Meda pun melihat prostitusi yang memanfaatkan sosial media sebagai gawat online.

"Memberantas gawat online itu juga susah. Jadi kebebasan dalam bersosial media sekarang ini memang ada manfaat dan ada enggaknya," ujarnya.

Prostitusi Online Pakai MiChat Terbongkar di Garut, Pemesan dan PSK dari Bandung

20 Mahasiswi di Jogja Terlibat Prostitusi Online, Diamankan Polisi Ada yang Sedang Hamil

"Apalagi bagi yang tidak bisa menyaring, kadang-kadang terjebak. Kalau dalam Facebook dulu kebanyakan akibat (terjebak) terjadi trafficking," imbuhnya.

Meda menuturkan, gawat online ini bisa terjadi karena dua hal.

"Ada dua hal yang membuat prostitusi (online) terjadi. Pertama dampak dari pernah dia jadi korban trafficking, atau kedua menjadi korban perbuatan asusila, diperkosa. Banyak (kasus) akan korbannya. Dulu itu Facebook. Tapi ini (twitter) online," ucapnya.

Meda pun menuturkan, fenomena ini perlu ada campur tangan pihak pemerintah untuk melakukan kontrol.

"Karena prostitusi ini banyak modusnya," ujarnya.

Meski demikian, Meda mengaku pihaknya belum pernah menangani kasus serupa ini.

"Kita belum pernah menangani kasus ini. Tapi kami bisa saja menerima sepanjang itu ada yang melapor dan kami tahu di mana dan ada kaitannya dengan kekerasan wanita," tegasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved