Kreatif, Mahasiswa Unila Olah Daun dan Kulit Kopi Jadi Teh

Ditangan Tujuh Mahasiswa Unila pucuk daun, daun dan kulit kopi diolah memjadi teh.

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Dini
Nadila Aprisela menunjukan teh daun kopi 

Laporan Reporter Tribun Lampung Jelita Dini Kinanti

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Umumnya, kopi hanya diambil bijinya lalu diolah menjadi minuman kopi.

Tapi di tangan Tujuh Mahasiswa Universitas Lampung ( Unila ) yang sedang KKN di Desa Lombok Timur Kecamatan Lumbok Seminung Lampung Barat, pucuk daun, daun dan kulit kopi diolah menjadi minuman teh.

Tujuh Mahasiswa adalah Nadila Aprisela (Fisip angkatan 2015), Wahyu Dwi Wicaksono (Fakultas Teknik Angkatan 2016), Anang Agenur Ramadhan (Fakultas Ekonomi Bisnis Angkatan 2016), Maharani (Fakultas MIPA angkatan 2016), Yemi Putri Utami (Fakultas MIPA 2016) dan Bela Sukma Mahadika (Fakultas MIPA angkatan 2016). Kemudian sebagai Koordinator Kelompok Hanafi (Fakultas Hukum Angkatan 2016).

Nadilla mengatakan, mereka ada disana sejak tanggal 5 Juli 2019. Sejak itu mereka mulai melakukan proses pembuatan teh dari pucuk daun, daun dan kulit kopi. Prosesnya memakan waktu hingga empat hari.

Itu karena proses dilakukan secara manual oleh semua anggota kelompok itu. Diantaranya memetik pucuk daun kopi dan lima helai daun dibawah pucuk daun. lalu menguliti kopi yang sudah merah menggunakan tangan untuk mengumpulkan kulitnya. Setelah selesai baru dicuci.

Setelah di cuci, kulit kopi dijemur dibawah sinar matahari sampai kering. Kalau sudah kering angkat dan jadilah teh kulit kopi (cascara).

Sedangkan untuk pucuk daun dan daun kopi, keduanya dipisahkan ditempat yang berbeda karena pucuk daun kopi lebih cepat kering dibandingkan dengan daun kopi. Setelah dipisah, daun kopi diperkecil dengan cara memotongnya menjadi tiga bagian

Kemudian sangrai pucuk daun kopi selama 4 menit dan daun kopi selama 8 menit. Setelah itu jemur hingga kering dan sangrai kembali.

Pucuk daun kopi disangrai selama 5 menit dan daun kopi selama 8 menit. Lalu remas dengan menggunakan tangan yang sudah dipasang dengan sarung tangan dan jadilah teh daun kopi.

"Rasa keduanya seperti rasa teh. Bedanya kalau cascara ada asamnya. Sementara teh daun kopi ada wanginya. Minum teh itu sama dengan minum teh lain, diseduh dengan air panas dan diberi gula sesuai selera," ujar Nadila.

Menurut Nadila selama proses pembuatan teh, kendala yang dihadapi mereka adalah cuaca.

Disana cuacanya jarang sekali panas terik seperti di Bandar Lampung, sehingga saat mereka menjemur kulit, pucuk, dan daun kopi membutuhkan waktu berhari-hari agar kering. Belum lagi ketika hujan, mereka harus cepat-cepat mengangkatnya supaya tidak bertambah lama keringnya.

Setelah teh berhasil dibuat, Nadila dan sesama anggota kelompok wanita melakukan pendekatan ke ibu-ibu Dusun Talang Kepayang dan Sidodadi dengan cara mengikuti pengajian.

Setelah pengajian mereka mengutarakan maksud untuk melakukan sosialiasi teh mereka. Tidak disangka ibu-ibu itu menyambut baik.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved