Pemilu 2014
Golkar Diperkirakan Memakai Pola Pilpres 2004
Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin melihat Golkar
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin melihat Golkarakan memainkan skenario dua kaki dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 mendatang.
Hal itu kata dia, terjadi jika PDI-P dan partai-partai koalisinya benar-benar akan menduetkan Joko Widodo (Jokowi) dengan Jusuf Kalla (JK).
Jika demikian, secara formal Golkar akan bergabung dengan Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo.
Pun pada praktiknya nanti Golkar secara diam-diam akan ikut menyukseskan pasangan Jokowi-JK.
"Skenario itu sepertinya akan dimainkan oleh Golkar setidaknya karena dua alasan," ungkap Said Salahudin saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (11/5/2014).
Alasan Pertama, sebagai jalan keluar atas posisi sulit partai itu mengusung ARB. Golkar sadar bahwa mereka mengalami kendala untuk 'menjual' ARB, baik sebagai capres maupun cawapres. Partai beringin juga tahu betul bahwa PDI-P dan Gerindra tidak berminat untuk menjadikan ARB sebagai cawapres Jokowi dan Prabowo.
"Karena sudah tidak mungkin lagi bagi Golkar untuk mengusung ARB, baik sebagai capres atau cawapres, maka pilihannya adalah bermain di dua kaki," tuturnya.
"Golkar memilih tidak berkoalisi secara resmi dengan PDI-P untuk mengusung Jokowi-JK, karena hal itu akan melukai perasaan ARB. Bagaimanapun ARB adalah capres resmi mereka dan masih menjabat sebagai Ketua Umum Golkar. Nah, Golkar juga tentu ingin menjaga perasaan dan kehormatan ARB," tambahnya.
Sedangkan alasan kedua mengapa Golkar akan bermain di dua kaki, kata dia, adalah karena model politik oportunis semacam itu memberi peluang lebih besar kepada Golkar untuk tetap bisa masuk dalam kekuasaan, siapapun pemenang Pilpres.
Apalagi skenario itu, imbuhnya, telah teruji efektif dan sukses menghantarkan Golkar masuk ke dalam pemerintahan pada Pilpres 2004. Saat itu secara resmi Golkar mengusung Wiranto-Salahudin Wahid, tetapi diam-diam mereka mendukung SBY-JK.
Jadi, kalau pemenang Pilpres 2014 nanti adalah pasangan Jokowi-JK, misalnya, maka Golkar tetap bisa ikut dalam pemerintahan dengan memanfaatkan pengaruh JK sebagai Wapres. Strategi Golkar berikutnya adalah memilih kembali politisi gaek itu sebagai Ketua Umum partai beringin. Pada bagian lain hal ini cukup menguntungkan bagi PDI-P karena melalui parlemen Golkar bisa ikut membantu mengamankan pasangan Jokowi-JK.
Tetapi jika Pilpres 2014 ternyata dimenangkan oleh Prabowo, maka sebagai salah satu partai pengusung, Golkar pun bisa tetap ikut dalam pemerintahan. Sebagai pemenang kedua Pemilu Golkar memiliki daya tawar yang tinggi dihadapan Prabowo.
"Sebagai kompensasi tidak mendapatkan posisi RI-2, maka Golkar bisa meminta lebih banyak posisi menteri kepada Prabowo," jelasnya.