(VIDEO) Pengamen Angklung Jalanan Terima Order Hajatan Bertarif Rp 2,5 Juta
Kami biasanya tampil di Pasar Tengah dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore.
Penulis: Yoga Noldy Perdana | Editor: Heribertus Sulis
DI BAWAH teriknya sinar matahari, Senin (31/8) siang itu, dua kelompok pengamen sedang beraksi di kawasan Pasar Tengah, Jalan Pemuda, Bandar Lampung.
Tidak seperti pemusik jalanan lainnya, penampilan mereka cukup unik karena menggunakan angklung sebagai alat musik utamanya.
Kedua grup itu bernama Cahya Angklung dan Restu Jaya Angklung. Sesuai namanya, permainan musik mereka didominasi oleh alat musik tradisional yang terbuat dari bambu tersebut.
Selain itu, mereka juga memainkan alat-alat musik lainnya seperti gambang, drum, beduk, kentongan, dan tamborin.
Selain memainkan tembang-tembang tradisional, mereka juga piawai membawakan lagu dari berbagai aliran lain, seperti dangdut, pop, campur sari, dan religi.
Sepanjang hari, baik Cahya Angklung maupun Restu Jaya Angklung secara bergantian melantunkan musik dari berbagai genre.
Masyarakat yang kebetulan berkunjung atau sekadar melintas di kawasan Pasar Tengah pun tampak larut dalam suasana. Beberapa penonton tampak menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan musik yang sedang dimainkan.
Cahya Angklung dipimpin oleh Salimah. Personelnya terdiri dari Pantom, Luki, Arbil, Erwin, Sigit, dan Salimah sendiri.
Sementara grup Restu Jaya berada di bawah komando Ujang, suami Salimah. Para penggawanya adalah Abit, Ujang, Wawan, Enoh, Muhidin, dan Asep.
Salimah mengaku memulai karier di perkancahan musik jalanan di Bandar Lampung sejak 2013 lalu.
Menurut Salimah, alasan utama mereka mengamen di kota ini karena pemusik jalanan dengan angklung belum ada sebelumnya.
”Kita lihat di sini memang belum ada yang seperti kita. Selama kita mengamen, alhamdulillah antusiasme masyarakat cukup bagus. Musik kita dapat diterima,” tutur Salimah.
”Konser” yang mereka gelar biasanya mengambil lokasi di bilangan Pasar Tengah. Selain itu, mereka juga kerap mengamen di sejumlah pusat keramaian di Bandar Lampung, seperti Pasar Bambu Kuning, Pasar Bawah, dan perempatan lampu lalu lintas.
”Kami biasanya tampil di Pasar Tengah dari jam sembilan pagi sampai jam lima sore. Dalam sehari, ya alhamdulillah per grup bisa menghasilkan uang lumayan. Paling nggak, cukup untuk dibagi-bagikan sama temen-temen,” tambahnya.
Cahya dan Restu Jaya bermain secara bergiliran. Setiap grup mendapatkan jatah satu jam untuk sekali tampil.
Salimah mengatakan, selain bermain musik di jalanan, mereka juga menerima order untuk mengisi acara hajatan, seperti pernikahan, ulang tahun, dan lainnya. Untuk bisa mendatangkan mereka, si pemilik acara harus merogoh kocek hingga Rp 2,5 juta.