Aliran Gafatar

Mantan Pimpinan KPK 'Terjebak' Sempat Jadi Pembina Gafatar

Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berkembang sejak lama dan terus merekrut orang-orang.

Editor: soni
tribunnews.com
Bibit Samad Rianto 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berkembang sejak lama dan terus merekrut orang-orang.

Bukan hanya kalangan orang biasa, orang tersohor di negeri ini pun sempat ikut bergabung.
Satu diantaranya mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit Samad Riyanto.

Ia mengaku sempat menjadi Ketua Dewan Pembina pada tahun 2013. Bibit mengatakan, setelah dua tahun bergabung dia mengetahui bahwa Gafatar menyimpang dari pemahaman yang selama ini dia ketahui.

"Awalnya aku enggak ingin bergabung, mereka menawarkan dan ditunjukkan kegiatan mereka. Itu positif menurut saya," ujar Bibit saat dihubungi, Rabu (13/1/2016).

Bibit mengatakan yang dia ketahui dari organisasi itu ialah kegiatan sosialnya untuk membantu orang susah, korban bencana alam, program kebersihan, dan kemandirian pangan.

Bahkan, dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) yang ditunjukkan pengurus Gafatar saat itu pun tak tercantum ada kecenderungan pada politik atau agama tertentu.

Kemudian, baru sekitar akhir 2014, Bibit mendengar isu miring mengenai Gafatar.
Ia mendapatkan informasi di daerah bahwa organisasi tersebut tidak mewajibkan shalat bagi anggotanya.

Saat itu, kecurigaan Bibit mengenai Gafatar mulai muncul. Setelah itu, pengurus Gafatar menemui Bibit dan ingin 'meminang' Bibit menjadi kadernya.

"Dia cerita bahwa itu tadi, dia bekerja atas petunjuk messiah. Messiah siapa itu? Saya pikir kan messiah jaman dulu, Yesus jadi messiah," kata Bibit. Bibit langsung merasa keyakinan Gafatar dan dirinya berbeda.

Ia pun ingin dipertemukan dengan messiah yang dimaksud itu. Sebelum bertemu dengan pimpinan Gafatar, Bibit mencari data melalui internet mengenai Gafatar.

Ternyata, organisasi tersebut belum terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).
Tak hanya itu, Bibit mendapatkan informasi bahwa beberapa pengurusnya terlibat aliran Al Qaeda dan Jamaah Islamiyah.

"Aku carinya Al Qhaeda itu apa di Google. Saya download semua, ternyata aliran terlarang yang pernah dihukum negara tahun 2009," kata Bibit.

Bibit langsung menyiapkan surat pengunduran diri. Kemudian, pada 3 Januari 2015, Bibit dipertemukan dengan messiah yang diyakini organisasi Gafatar.

Tanpa basa basi, Bibit langsung menyerahkan surat tersebut dan meninggalkan pimpinan Gafatar.
"Sejak saat itu saya tidak memonitor lagi. Ternyata itu enggak cocok saja dengan keinginan saya. Saya enggak mau masuk dalam aliran apa pun," kata Bibit. 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved