Kampung Gafatar Dibakar
Sudah Tidak Aktif di Organisasi, Warga Eks Gafatar Bingung Tiba-tiba Diusir Massa
“Tidak ada tujuan lain. Kami pun bergaul baik dengan masyarakat, dan identitas kependudukan kami jelas,” katanya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SINTANG – Rohim (48), satu di antara kelompok warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), mengaku sudah lama tidak aktif di organisasi tersebut.
Ia pun mengaku sudah dua tahun di Sintang, dan memiliki kartu keluarga dan KTP.
“Kami bertemu dengan eks Gafatar di Sintang ini dari berbagai daerah. Saya dari Jakarta, ada dari Jawa Timur. Semua beda-beda,” katanya, Selasa (19/1/2016).
Dia mengatakan, di Sintang, mereka menempati tanah milik seorang warga bernama Anang. Tujuannya tak lain bercocok tanam.
Maksud mereka tinggal bersama agar lebih memudahkan bercocok tanam.
“Tidak ada tujuan lain. Kami pun bergaul baik dengan masyarakat, dan identitas kependudukan kami jelas,” katanya.
Rohim mengaku tidak mengetahui perkembangan informasi Gafatar terakhir. Hal itu karena ia tidak memiliki televisi maupun radio.
Ia hidup di kampung tanpa sinyal ponsel sehingga sulit untuk berkomunikasi.
Rohim bingung karena tiba-tiba ada informasi buruk mengenai eks Gafatar, yang ditolak warga Kalimantan Barat (Kalbar). Hal itu pula yang membuat dia dan eks anggota Gafatar lainnya harus meninggalkan Kalbar.
Sebelumnya diberitakan, tim gabungan Pemkab Sintang mengevakuasi sembilan kepala keluarga eks Gafatar, yang tinggal di Desa Simba, Kecamatan Binjai, Selasa.
Tampak di antaranya adalah puluhan-anak-anak yang harus tinggal sementara di gedung Loka Bina Karya, Jl Oevang Oeray, Sintang Kota.