Bom Meledak di Sarinah

PPATK Temukan Aliran Dana Mencurigakan Sebelum Bom Meledak di Sarinah

Cuma, kita tidak bisa baca pikiran orang. Kedua, saat dikirim, itu belum ketahuan untuk apa.

KOMPAS.com/NABILLA TASHANDRA
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Muhammad Yusuf Ali di Kantor PPATK, Jakarta, Senin (28/12/2015) 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Muhammad Yusuf mengatakan bahwa PPATK pernah mengetahui adanya aliran dana mencurigakan sebelum teror terjadi di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Yusuf mengatakan, aliran dana tersebut mencapai puluhan juta rupiah. Temuan itu telah dilaporkan pihaknya kepada Detasemen Khusus Antiteror.

Namun, pada saat itu tidak diketahui bahwa aliran dana tersebut akan digunakan untuk membiayai aksi teror di Jakarta. 

"Cuma, kita tidak bisa baca pikiran orang. Kedua, saat dikirim, itu belum ketahuan untuk apa," ujar Yusuf saat ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Senin (1/2/2016).

Menurut Yusuf, PPATK menerima informasi bahwa pengirim dana tersebut berasal dari daerah konflik. Sementara itu, penerima diketahui adalah orang yang memiliki paham radikalisme.

Kemudian, penerima yang dimaksud diketahui memiliki kaitan dengan para pelaku teror di Jalan MH Thamrin.

Menurut Yusuf, saat ini terdapat tiga jenis sumber pendanaan yang biasa digunakan teroris. Pertama, dana berasal dari iuran anggota kelompok radikal.

Kedua, dana sumbangan, dan yang ketiga, dana yang didapatkan dengan cara ilegal.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Pandjaitan sebelumnya mengatakan, kelompok garis keras Indonesia menerima dana internasional dari Australia dan Suriah sebesar 800.000 dollar AS.

Dia merinci bahwa 100.000 dollar AS berasal dari kota Raqa, Suriah, yang menjadi ibu kota negara khalifah tersendiri ISIS. Dana itu untuk mendukung kegiatan kelompok garis keras di Indonesia. 

Kemudian, sekitar 700.000 dollar AS dari Australia. Namun, dia tidak tahu sumber pemberi dana dari Australia itu.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved