Pelajar SMKN 2 Tewas Dibunuh
Saksi Hidup Pembantaian: Saya Lihat Dwiki Jatuh, Sempat Minta Tolong, Saya Ketakutan dan Diam Saja
Lakban digunakan untuk menutup mulut Dwiki. “Saya hanya kasih dia pisau."
Penulis: wakos reza gautama | Editor: Heribertus Sulis
Tersangka DN memegang tangan korban. KRF lalu menusuk Dwiki berulang kali menggunakan pisau yang ada di pinggangnya.
Dwiki berteriak. Pada saat itu, kata Hari, OR membekap mulut Dwiki. KRF lalu mengambil pedang di mobil dan menusukkan ke Dwiki berulang kali.
Saat itu datang tersangka FR dan RH ke lokasi sembari membawa sepeda motor Dwiki yang ditinggal di Saburai. Pada penusukan berlangsung, tersangka IAP yang berada di dalam rumah terbangun.
Hari mengatakan, IAP melihat korban bersimbah darah.
Bukannya menolong Dwiki, IAP mengambil pisau dan lakban di rumahnya.
Pisau dan lakban diserahkan ke KRF. "KRF melakban mulut Dwiki lalu kembali menusuk berulangkali memakai pisau pemberian IAP," terang Hari.
Pada saat korban sekarat, para tersangka membersihkan lokasi pembunuhan dan menyembunyikan sepeda motor korban.
Keenam tersangka membawa jasad Dwiki ke dalam mobil KRF.
"Mereka lalu membuang jenazah korban ke semak belukar di Jalan Raden Imba Kesuma," kata Hari.
KRF (16), tersangka pembunuhan Dwiki Sopian (16), mengakui telah membunuh temannya itu.
Pelajar SMA ini mengaku membunuh Dwiki karena dendam dengan perkataan Dwiki yang dianggap menghinanya.
KRF menuturkan, awalnya pernah mendamaikan EL, teman sekolahnya, dengan Dwiki. EL adalah mantan pacar Dwiki.
“Saya diminta teman perempuan saya untuk mendamaikan masalahnya dengan Dwiki,” kata KRF, Jumat (11/3/2016).
KRF mengatakan, ia bisa mendamaikan masalah EL dengan Dwiki. Masalah kembali timbul. KRF dan Dwiki terlibat perseteruan lewat omongan. Ada omongan Dwiki yang dianggap KRF menghinanya.
Tidak hanya itu, Dwiki juga menantang KRF. Pada Sabtu (5/3/2016) malam, KRF dapat kabar keberadaan Dwiki di Lapangan Saburai.