Balada Sang Penjaga, dari Membersihkan, Memasak, Hingga Memandikan Gajah

Konflik gajah Taman Nasional Way Kambas (TNWK) secara konsisten kerap diulas Tribun Lampung dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir.

Penulis: Indra Simanjuntak | Editor: soni

Balai TNWK secara resmi mengungkap beberapa faktor penyebab gajah keluar kawasan. Di antaranya, kebiasaan atau merupakan daerah lintasan gajah (desa konflik) secara turun temurun, kemudian tersedianya makanan di perkebunan atau pertanian. Namun, hipotesa faktor makanan ini dibantah Humas TNWK Sukatmoko. Karena luas 125.621,5 hektar dianggap cukup menyediakan makanan bagi populasi gajah yang ada.

Artinya, hipotesa daerah lintasan lebih pas ketimbang makanan. Walau saat gajah keluar kawasan kerap memakan tanaman warga. Konflik di TNWK sendiri mulai dicatat sejak awal tahun 1980. Setelah proyek transmigrasi pada era Presiden Soeharto diluncurkan, yang menempatkan masyarakat berdekatan dengan kawasan. Hingga kini, konflik tak pernah selesai. Bahkan cenderung meningkat.

TNWK sendiri telah melakukan berbagai upaya penanganan konflik. Pun demikian dengan sejumlah organisasi lingkungan ataupun masyarakat yang peduli. “Metode sudah banyak. Mulai dari bangun kanal, pagar cabai, pagar listrik sudah kita coba. Tapi ya itu tetap berhasil keluar kawasan,” imbuh Sukatmoko.

Ini artinya, cita-cita zero konflik sulit direalisasikan. Yang menjadi pertanyaan, sampai kapan konflik ini terus terjadi. Terlebih selama kita, manusia, merasa memiliki sendiri hak atas bumi, air, dan udara. Hingga suatu masa, gajah sumatera tinggal menjadi sebuah cerita. (indra simanjuntak)

Penulis: Indra Simanjuntak

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved