3 Pasien Meninggal Beruntun di RSMH Pringsewu, BPRS: Jangan Cepat Simpulkan Malapraktik

Menurut Ketua BPRS Indonesia Selamet Riyadi Yuono, ada syarat tertentu suatu tindakan dokter bisa disebut sebagai malapraktik. Seperti, lanjut dia

TRIBUN LAMPUNG/Robertus Didik Budiawan
Ketua BPRS Indonesia Selamet Riyadi Yuono. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Robertus Didik Budiawan

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PRINGSEWU - Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) Indonesia menyarankan untuk tidak cepat menyimpulkan peristiwa tiga orang pasien tewas secara beruntun, pascaoperasi sebagai dugaan malapraktik.

Menurut Ketua BPRS Indonesia Selamet Riyadi Yuono, ada syarat tertentu suatu tindakan dokter bisa disebut sebagai malapraktik. Seperti, lanjut dia, adanya unsur kesengajaan.

"Jangan terlalu cepat begitu (menyebut dugaan malapraktik), malapraktik ada persyaratannya, semacam kesengajaan, tidak memenuhi persyaratan, dan sebagainya," kata Selamet yang datang ke RSMH Pringsewu bersama tim Kementerian Kesehatan, Rabu (6/4/2016) malam.

BPRS merupakan unit nonstruktural pada Kementerian Kesehatan, yang melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit secara eksternal, yang bersifat nonteknis perumahsakitan. Mereka melibatkan unsur masyarakat, bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan, dan menjalankan tugas bersifat independen.

Sebelumnya diberitakan, Polda Lampung melakukan investigasi tiga pasien yang meninggal secara beruntun di Rumah Sakit Mitra Husada (RSMH) Pringsewu, Rabu (6/4/2016).

Keberadaan tim dari Polda Lampung dibenarkan Komite Medik RSMH Pringsewu Agung Mudapati. Dia juga membenarkan soal adanya tiga pasien yang meninggal secara beruntun pascaoperasi, Senin (4/4/2016).

Menurut Agung, pasien pertama berusia 16 tahun atas nama Rehan, warga Kalirejo, Lampung Tengah, yang menjalani operasi verikokel. Pasien lainnya adalah Suripto (60) warga Pringombo Kelurahan Pringsewu Timur, yang menjalani operasi tumor di kaki.

Adapun, pasien yang terakhir adalah Devi (29), warga Menggala Kabupaten Tulangbawang yang menjalani operasi caesar.

Mirip Kasus RS Siloam

Selamet mengakui, kejadian tiga orang pasien tewas beruntun di RSMH Pringsewu, menyerupai kejadian dua orang pasien meninggal akibat obat anastesi (obat bius) buvanest spinal di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang pada 2015 lalu.

"Buvanest di Siloam, kira-kira hampir mirip dengan itu prosesnya. Prosesnya juga sama, tapi apakah itu (obat) penyebabnya kami belum tahu. Kira-kira, prosesnya sama seperti itu, seperti yang ada di Siloam. Tapi kayaknya, merek berbeda," kata Selamet.

Dia juga mengaku belum tahu apakah obat yang digunakan anastesi untuk tiga pasien dengan penyakit berbeda itu sama. Menurut dia, pihak rumah sakit baru menyampaikan kronologis, terkait bagaimana tiga pasien tersebut meninggal.

Serta, urutan kejadiannya, yakni tiga pasien berbeda-beda ini ada yang sexiocaesar, verikokel, dan tumor.

Setelah operasi itu, tambah dia, ketiga pasien mengalami kejang-kejang dan meninggal ketika diupayakan keselamatannya di High Care Unit (HCU).

Namun, dia mengatakan, penyebab pastinya belum tahu, karena obat atau human error.

"Nanti menunggu pemeriksaan, satu dua minggu hasilnya kita lihat," ujar Selamet, yang juga mengatakan bahwa sampel obat itu telah diambil untuk diperiksa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved