Muhammad Ali Wafat
Hingga Akhir Hayat, Muhammad Ali Selalu Melawan Rasisme
Salah satu pertarungan tinju paling ikonik terjadi pada akhir Mei 1965, saat ia melawan Sonny Liston.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PHOENIX - Petinju legendaris dan pejuang hak asasi manusia, Muhammad Ali, meninggal pada usia 74 tahun di Phoenix, Arizona, karena komplikasi saluran pernapasan.
Sampai akhir hayat, salah satu petinju terbaik sepanjang masa ini membela agama, yang menjadi keyakinannya.
Ali telah menderita Penyakit Parkinson selama 32 tahun, suatu kondisi neurologis yang menggerogotinya secara fisik dan mental.
Walau kesehatannya terus merosot, NBC News melaporkan kalau Ali tak pernah menahan diri, untuk berbicara soal politik dan kontroversi.
Pada bulan Desember silam, ia mengkritik keras proposal calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump untuk melarang umat muslim memasuki Amerika Serikat.
"Kami sebagai warga Muslim harus berdiri menghadapi pihak, yang memakai Islam untuk mengedepankan agenda pribadi mereka," tuturnya.
Pernyataan itu merupakan bagian dari pilar pendirian Ali, yang meroket pada awal 1960-an.
Sebagai juara dunia kelas berat waktu itu, ia berpindah agama ke Islam, dan menolak wajib militer ke Perang Vietnam.
Media AS menggambarkannya sebagai, "Perwujudan kekuatan, keeleganan, hati nurani, dan keberanian. Ali adalah simbol anti-kemapanan yang menembus batas-batas ras dan agama. Pertarungannya melawan manusia lain menjadi tontonan, tapi ia adalah perwujudan pertarungan lebih besar lagi."
Muhammad Ali terlahir sebagai Cassius Clay pada 17 Januari 194 di Louisville, Kentucky. Ia memulai bertinju pada usia 12 tahun, dan memenangi emas di kelas light heavyweight pada Olimpiade 1960 di Roma.
Sejak usia awal, Ali telah bereaksi keras terhadap rasisme di Amerika Serikat.
Ia melempar ke sungai medali Olimpiade yang ia menangkan dengan susah payah tersebut, setelah seorang penjual soda menolak melayaninya.
Salah satu pertarungan tinju paling ikonik terjadi pada akhir Mei 1965, saat ia melawan Sonny Liston.
Pada pertarungan tersebut, ia mengucapkan beberapa kata paling terkenalnya, "Float like a butterfly, sting like a bee!"
Setelah mengalahkan Liston dengan knock-out dalam enam ronde, Ali mengatakan bahwa dirinya adalah, "Yang terhebat! Saya yang terhebat! Saya raja dunia!"