Pintu Tol di Kota Baru, Lampung Selatan Akan Dibuka untuk Mudik, Ini Syaratnya
Hasil pantauan di lapangan juga menunjukkan hal serupa bahwa sejauh ini yang terpasang baru rambu-rambu pengerjaan proyek karena truk hilir mudik
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Tol Transsumatera dari Desa Lematang hingga Kota Baru Kabupaten Lampung Selatan awalnya direncanakan bisa dilintasi arus mudik tahun. Namun, tersendatnya pembebasan lahan menyebabkan pengerjaan di ruas tol itu menjadi molor.
Meski demikian, kontraktor Perseroan Terbatas (PT) Waskita Karya tetap berusaha membuat jalur tembus sementara agar akses menuju tol itu terbuka. Jalur tembus itu berupa jalan tanah yang dipadatkan yang melewati perkebunan dan perkampungan warga di Desa Lematang.
Sejauh ini, Tol Transsumatera ruas Bakauheni Lampung Selatan- Terbanggi Besar Lampung Tengah yang sudah tuntas pengecorannya (rigid) baru di ruas Desa Sabahbalau-Kota Baru yang panjangnya kurang lebih 5,5 km, sedangkan lahan yang belum tuntas pembebasannya dari Desa Sabahbalau menuju Desa Lematang sekitar 2 km.
Seandainya pembebasan lahan di Desa Lematang itu tuntas pada bulan Februari 2016, kontraktor yakin bisa menuntaskan pembangunan tol dari Kota Baru menuju Lematang sebelum arus mudik berlangsung. Dengan demikian, pemudik yang melintasi Jalinsum wilayah Panjang bisa masuk ke tol dan keluar di Kota Baru. Dari Kota Baru, perjalanan dilanjutkan ke Bandarlampung yang jaraknya sekitar 3 km, kemudian menuju berbagai daerah lainnya di Sumatera.
Namun, pembebasan lahan tak sesuai dengan target, dan kontraktor tak diizinkan melakukan kegiatan pengerjaan apa pun di lahan yang belum tuntas pembayarannya. Kondisi demikian menyebabkan progres pembangunan tol menjadi lambat sehingga rencana penggunaan tol untuk arus mudik menjadi tak sesuai dengan rencana.
Walau demikian, jalan tembus sementara ke tol melalui Desa Lematang telah dibuat meski berupa jalan tanah yang dipadatkan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan tol ruas Kota Baru-Sabahbalau-Lematang digunakan sebagai jalur alternatif darurat saat arus mudik berlangsung.
Menurut Kepala Proyek PT Waskita Karya Marsudi, masalah lainnya di tol itu adalah masih belum terpasang rambu-rambu lalu lintas. Begitu pula, lampu penerangannya.
Hasil pantauan di lapangan juga menunjukkan hal serupa bahwa sejauh ini yang terpasang baru rambu-rambu pengerjaan proyek karena truk hilir mudik ke kawasan pembangunan tol itu.
Marsudi juga menyebutkan pihaknya baru akan membuka pintu tol di Kota Baru jika sudah ada perintah dari pihak terkait, termasuk Hutama Karya yang mendapat penugasan dari pemerintah untuk membangun tol tersebut.
Dengan kata lain, demi menjaga keselamatan pengendara juga menjadi alasan utama tak dibukanya pintu tol di Kota Baru hingga sekarang.
Sementara itu, pengerjaan tol di titik 0 s.d. 7 km ruas Bakauheni-Sidomulyo yang menjadi tanggung jawab PT Pembangunan Perumahan (PP), juga diupayakan percepatannya meski kondisinya baru berupa jalan tanah yang dipadatkan.
Direncanakan tol Lematang-Sabahbalau-Kota Baru dan Bakauheni hingga KM 7 menjadi alternatif jalur darurat untuk arus mudik jika terjadi kejadian luar biasa di Jalinsum.
Melihat kondisi Tol Transsumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar di sejumlah titik, seyogianya ruas jalan bebas hambatan itu tak digunakan sebagai jalur alternatif mudik.
Ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan agar tak digunakan sebagai jalur mudik, yakni kondisi jalan yang masih berupa tanah, kecuali di ruas Sabahbalau-Kota Baru, serta sangat minim rambu dan lampu penerangan jalan. Kondisi seperti itu tentu membahayakan keselamatan pemudik karena belum memahami kondisi jalan yang sebenarnya.
Ruas tol itu sebaiknya hanya digunakan jika terjadi kondisi darurat atau terpaksa digunakan untuk mengatasi tersendatnya arus kendaraan di jalan biasa.