Mudik Basamo, Saat Urang Rantau Pulang Kampung Bersama Keluarga Besar

Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA - Tradisi mudik basamo membuat pemudik asal Sumatera Barat cukup ramai di Pelabuhan Bakauheni.

Salah seorang pemudik Iyan mengungkapkan, ia tidak setiap tahun melakukan mudik. Biasanya, mudik basamo dilakukan antara tiga sampai lima tahun sekali.

Menggunakan Toyota Avanza, pria yang merantau di Bogor itu, mengaku mudik bersama keluarga besarnya yang ada di Bandung dan Jakarta.

"Ini sudah tiga tahun kami tidak melakukan mudik basamo. Makanya tahun ini, kami kembali sepakat untuk mudik basamo," ungkapnya, saat ditemui di areal pakir dermaga tiga Pelabuhan Bakauheni, Minggu (3/7/2016).

Menurut Iyan, mudik basamo memiliki arti tersendiri. Ia dapat bertemu dengan keluarga besarnya, dan juga teman-teman semasa kecil di Solok yang ada di rantau.

Karena itu, meski harus menempuh perjalanan hingga tiga hari, pedagang baju itu tidak bergeming. Apalagi, perjalanan dilakukan bersama-sama.

"Terkadang dalam perjalanan, kami singgah di Bandar Lampung dan daerah lainnya. Dari sana, bersama kerabat atau orang satu kampung yang akan pulang kampung, kami berangkat bersama-sama," ungkap pria 55 tahun itu.

Menurut Iyan, tradisi mudik basamo menjadi ajang silaturahmi kalangan urang rantau. Sehingga, mereka tidak melupakan kampung halamannya di Sumatera Barat.

"Sesukses apapun kita di rantau, kampung halaman kita janganlah dilupakan. Sekali-kali, kita harus pulang. Sehingga, anak-anak kita yang tumbuh besar di rantau, tidak lupa dan tetap mengenal kampung asal orangtuanya. Entitas dirinya selaku orang minang tetap ada," terang Iyan.