Eksekusi Mati

Rohaniawan Terpidana Mati, Saya Seperti Malaikat Maut bagi Mereka

Seharusnya sebelum dieksekusi, seorang terpidana mati berhak atas bimbingan rohani yang memadai.

Editor: taryono
kompas.com
Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan, Cilacap, Jawa Tengah, menjadi lokasi yang akan digunakan untuk eksekusi. 

Bimbingan tersebut dilakukan pada siang hari, di sel isolasi.

Tugasnya sebagai seorang rohaniawati, adalah menyiapkan mental sang terpidana, sebelum timah panas Polisi merenggut nyawa sang terpidana mati.

"Ini masalah kematian, bukan masalah yang mudah untuk dihadapi, kami harus mempersiapkan jiwa mereka, bagaimana mereka mempersiapkan hidup mereka, mereka akan bertemu Tuhan, ini bukan hal yang mudah," katanya.

Sebelumnya, ia mengaku yakin Seck Osmane akan lolos dari hukuman mati, salah satunya karena proses grasi terpidana mati itu masih berlangsung.

Di Nusakambangan yang ia tahu, banyak terpidana mati yang grasinya sudah ditolak berkali-kali, namun tidak kunjung diekskusi.

Ternyata keyakinannya itu salah. Ia mengetahui hal tersebut saat rohaniawan dari empat belas terpidana mati yang rencananya akan diekskusi pada Jumat dini hari, (29/7), dikumpulkan di sebuah ruangan pada Kamis malam, sekitar pukul 19.00 WIB.

Di ruangan tersebut selain rohaniawan, juga terdapat petinggi Lapas dan Kejaksaan.

Ia melihat bagaiman semua orang malam itu "grasah-grusuh." Ia juga mendengar hanya terpidana mati nomor 6,7,9 dan 11 yang akan dibunuh, dan kemudian ia diberitahu oleh seorang Jaksa, bahwa Seck Osmane adalah terpidana mati nomor 11.

Karina sempat bertanya ke Jaksa yang memberitahunya soal ajal Seck Osmane. Sang Jaksa hanya menjawab pendek, bahwa keputusan tersebut adalah keptusan pimpinan, dan Karinapun bingung siapa pimpinan yang dimaksud sang Jaksa.

"Saya ingin tahu, apakah ini (diundi) pakai dadu, kartu atau apa, karena kita tidak tahu," ujar Karina.

Pada Kamis malam, Karina ikut dalam rombongan yang mengambil Seck Osmane dari sel isolasi.

Rombongan itu lalu dibawa dengan kendaraan roda empat menuju lapangan Limus Buntu, lapangan bekas tempat latihan menembak, yang luasanya mendekati lapangan bola.

Di lapangan tersebut sudah berdiri tenda yang menyerupai tenda pernikahan, di mana di dalamnya sudah tertancap tiang kematian untuk para terpidana mati.

Tiang tersebut terbuat dari kayu setinggi sekitar dua setengah meter, dengan dua potong kayu melintang di bagian atasnya sepanjang sekitar 80 sentimeter, untuk mengaitkan tangan sang terpidana.

Di lapangan tersebut Karina kembali diizinkan menemui Seck Osmane.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved